Rabu, 07 Januari 2015

STUDI SOSIAL PERTANIAN (Kelangkaan Sumberdaya Alam)



MENGUKUR KELANGKAAN SUMBERDAYA ALAM

A.    Pendahuluan
Para ekonomi mengartikan kata “langka” dengan keadaan di mana jumlah barang yang diminta lebih banyak daripada jumlah barang yang ditawarkan atau yang tersedia, dan dalam pasar persaingan sempurna kelangkaan ini akan menyebabkan harga barang yang bersangkutan naik.
Untuk mengetahui langka tidaknya sumberdaya alam di bumi ini, para ahli ekonomi menggunakan berbagai cara/alat pengukur dalam bidang ilmunya, yaitu dengan melihat harga barang sumberdaya alam dan nilai sewa ekonomis, atau melihat satua biaya produksi barang sumberdaya alam itu, dan melihat royality mamupun elastisitas substitusi.
Yang dimaksud dengan persediaan sumberdaya alam di sini adalah sumberdaya alam yang sudah diketahui adanya secara geologis dan ia sudah mempunyai nilai ekonomis. Isilah persediaan sumberdaya alam: segala sesuatu yang ada di dalam dan di atas bumi yang bukan buatan manusia disebut sebagai sumberdaya alam.

B.     Pengukuran ekonomi terhadap kelangkaan
1.      Biaya produksi
Baik ekonom klasik maupun neo klsik melihat bahwa peningkatan biaya produksi berhubungan dengan semakin berkurangnya persediaan sumberdaya alam. Memang barang sumberdaya alam sudah terus-menerus diambil dari bumi dan sudah ada pola perkembangan biaya produksi.
Barnet dan Morse membuat hipotesis tentang kelangkaan sumberdaya alam yaitu bahwa sumberdaya alam itu semakin langka bila:
-          Biaya rill persatuan output meningkat terus selama periode pengambilan.
-          Biaya komoditi yang diambil relatif lebih tinggi daripada biaya produksi komoditi lain.
-          Harga komoditi yang diambil relatif tinggi daripada harga komoditi lain.

Ternyata harga rill biaya produksi rill semakin turun dari tahun ke tahun sejak tahun 1870-1957, kecuali dalam hal komoditi kehutanan (sumberdaya alam tidak semakin langka). Namun Kerry Smith memperbaharui daya yang dipakai oleh Barnett dan Morse dengan menggunakan data sampai tahun 1972, ia menemukan ada sedikit kecenderungan kenaikan harga relatif produk pertanian, kenaikan harga yang berfluktasi untuk komoditi kehutanan, tetapi ada kecenderungan penurunan untuk barang-barang logam dan bahan bakar minyak. Ada beberapa alasan mengapa sumberdaya alam tidak menjadi semakin langka:
-          Karena adanya barang substansi bagi sumberdaya alam yang terus-menerus diambil dan semakin sedikit jumlahnya, dengan sumberdaya alam yang masih berlimpah adanya. Sebagai contoh biji-bijian menggantikan daging, plastik menggantikan kulit.
-          Karena adanya penemuan baru dengan dipakainya metode baru dengan dipakainya metode eksplorasi baru, seperti metode geofisik.
-          Karena ada peningkatan dalam impor mineral dan metal dari negara lain. Dengan adanya perbaikan di bidang transportasi telah memungkinkan daerah-daerah yang jauh dari lokasi sumberdaya alam mampu ebrsaing secara ekonomis.
-          Karena ada peningkatan pengetahuan teknik yang berguna bagi eksplorasi, pengambilan, dan pengangkutan sumberdaya alam, sehingga produksi dapat bersifat besar-besaran dan biaya produksi persatuan dapat ditekan.
-          Adanya kemungkinan daur ulang.

Di samping itu Barnett dan Morse menyatakan bahwa dalam sejarah AS, setiap generasi  salalu meninggalkan warisan generasi berikutnya yaitu keadaan tersedianya sumberdaya alam dengan kemampuan produksi yang semakin baik. Hal ini dihasilkan oleh adanya akumulasi pengetahuan, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dapat meimbangi peningkatan biaya produksi karena semakin berkurangnya sumberdaya alam.

2.      Harga brang sumberdaya alam
Kelangkaan sumberdaya alam dapat dilihat dari harga barang sumberdaya yang semakin meningkat maupun dilihat dari “royality” atau “rent”. Rent adalah harga barang bayangan satu satuan barang sumberdaya dalam persediaan/stock. Bila seseorang tertarik pada “kelangkaan” maka “rent” lebih tepat sebagai alat pengukurnya. Namun bila seseorang berminat untuk mengetahui banyaknya pengorbanan dalam memperoleh barang sumberdaya alam, maka harga lebih tepat sebagai indikatornya karena harga sudah mencakup biaya produksi dan rent.
Perkembangan harga minyak antara tahun 1970 dan tahun 1980-an, harga minyak yang melonjak tinggi adalah karena kekuatan pasar dari sisi produsen. Namun bila sumberdaya alam nonminyak saja yang diperhatikan masih juga dapat disimpulkan adanya kelangkaan sumberdaya alam antara tahun 1969-1979.
Jadi tampaknya harga-harga barang sumberdaya mineral  memiliki pola perkembangan harga seperti huruf “U”, yaitu mula-mula tinggi kemudian menurun lalu naik lagi. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya penemuan baru dan kemajuan teknologi yang berakibat menekan biaya produksi dan royality. Setelah itu penemuan baru semakin sulit dan biaya produksi juga tidak dapat turun terus, sehingga harga-harga akan naik kembali. Karena penemuan baru dan perkembangan teknologi mempengaruhi tingkat harga, maka kedua hal tersebut juga mempengaruhi royality secara tidak langsung. Tetapi harga atau rent selalu mengalami penyimpangan karena harga-harga yang diharapkan di masa datang sangat empengaruhi harga saat ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar