ASPEK
PERKEMBNGAN KOGNITIF ANAK USIA 4-6 TAHUN
A.
Perkembangan
Kognitif Anak Usia Dini.
1.
Perkembangan
kognitif masa bayi dan bawah tiga tahun (batita).
Banyak orang orang menganggap remeh kemampuan kognitif bayi dan
batita. ita sering mendengar orang berkata “ah, dia masih kecil, belum mengerti
apa-apa”. Padahal apabila para bayi dan batita terebut sudah dapat berbicara
dengan jelas, tentu mereka akan memprotes pandangan ini.

a)
Tahapan
perkembangan intelektual.
Pada
tahapan perkembangan intelektual, akan dilihat dua pendekatan, yaitu:
pendekatan piaget (Piagetian Cognitive
Stages) dan Information Processing Approach.
v Piagetian approaach: cognitive stage
Menurut
Piaget, anak usia 0-2 tahun berada pada tahapan sensori motor. Pada tahapan ini
bayi belajar tentang diri mereka sendiri dan dunia mereka melalui perkembangan
sensorik motorik mereka. Selama 2 tahun, bayi berubah dari makhluk yang
responsnya berdasarkan refleks dan tingah laku random menuju Batita yang
tingkah lakunya sudah mempunyai tujuan tertentu.
Pada
saat batita, mereka akan dapat mengatur tingkah laku mereka sesuai dengan keadaan
lingkungannya. Mereka sudah adpat mengkonsumsi informassi dari indra mereka dan
melangkah dari belajar dengan cara trial-eror (coba-coba) menuju penggunaan
pemahaman untuk menyelesaikan masalah yang sederhana.
Pada
tahap ini anak sudah mengenal object permanence, yaitu kesadaran bahwa sebuah
benda atau orang tetap ada walaupun mereka tidak terlihat. Kesadaran ini adalah
dasar yang membuat anak menyadari bahwa ia merupakan makhluk yang terpisah dari
orang-orang di sekelilingnya.
v Information Processing Approach
Bayi
dapat merespon yang ia dapat karena ia memiliki visual recognition memory,
yaitu kemampuan untuk mengingat dan mengenali sesuatu yang telah mereka lihat
sebelumnya. Bayi mempunyai perhatian lebih terhadap hal-hal yang familiar atau
sudah akrab bagi mereka. Jadi bayi sudah dapat membedakan hal-hal yang baru dan
mengingat yang lama.
Kemampuan
ini erat hubungannya dengan cara bersikap orang tua dan orang-orang lain di
sekeliling anak. Kemampuan anak akan dapat berkembang dengan optimal apabila ia
memiliki lingkungan yang responsif terhadap mereka.
Penelitian
menemukan, bahwa anak-anak yang mempunyai ibu/pengasuh yang responsif terhadap
mereka akan cenderung mendapat skor tes IQ yang lebih tinggi dibandingkan
dengan anak-anak yang lingkungannya kurang responsif. Hal ini dapat terlihat
terutama pada anak yang berusia 4 tahun.
b)
Perkembangan
bahasa
Dari
bayi yang belum dapat berbicara sampai anak usia 3 tahun yang sudah dapat mulai
mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Bahasa anak ini bukan hanya semata versi
miniatur dari bahasa orang dewasa, melainkan mempunyai karakteristik sendiri.
KARAKTERISTIK
|
ARTI
|
CONTOH
|
Underextending
|
Menggunakan sebuah kata dengan benar, tetapi sangat terbatas.
|
“bing” = mobil (ayah)
Mobil lain “bing”
|
Overextending
|
Menggunakan kata dengan tidak benar karena gagal melihat arti.
|
Kakek = berambut putih
Semua berambut putih adalah kakek
|
Simplify
|
Menggunakan kata-kata singkat untuk menyampaikan sesuatu.
|
“mau makan”
|
Overregulanze rules
|
Menggunakan sebuah aturan tanpa pandang bulu.
|
|
Mengerti grammar
|
Belum dapat mengekspresikan dengan baik.
|
“Kucing kejar” padahal maksudnya “kucing kejar tikus”
|
Selain
itu, ada tahapan yang umumnya dilalui oleh seorang anak dalam perkembangan
berbahasanya, yaitu:
v Prespeech
Sebelum
bayi dapat mengucapkan kata pertama, mereka sudah menggunakan 4 variasi gesture
nonverbal, yaitu menunjuk, berkata-kata “eh-eh-eh” (untuk mengatakan bahwa ia
menginginkan sesuatu) pada usia 9 bulan.
Antara
9 dan 12 bulan ia belajar conventional social gustures, seperti menggoyangkan
tangan untuk selamat tinggal, menganggukkan untuk iya, dan menggelengkan untuk
tidak. Pada usia 13 bulan, ia akan menggunakan representation gesture yang
mempunyai arti lebih kompleks, misalnya mengangkat tangan saat ia ingin
digendong.
Gesture
nonverbal dapat berkembang secara individual, artinya tidak seragam. Bahasa
tubuh juga berkembang berdasarkan kebiasaan-kebiasaan yang ada dilingkungannya
masing-masing, misalnya menepuk perut untuk berkata keyang. Orang tua dan linglungan
mempunyai pengaruh yang penting dalam perkembangan ini.
v Fist words (kata pertama)
Umumnya
bayi mengucapkan kata pertamanya pada usia 10-14 bulan. Kata-kata ini disebut linguistic
specch, yaitu kata-kata yang mengandung arti. Kata pertama ini digunakan untuk
menunjuk objek, kejadian, dan mengespresikan rutinitas sosial. Bahasa populer
adalah “tidak”, “ya”, “guk-guk” (anjing), mama, papa, “da dah”
v Creating speech
Pada
usia 18-24 bulan, anak umumnya sudah dapat menggunakan 2 kata untuk mengekspresikan
idenya, misalnya “bola jatuh”. Dalam kalimat pertama ini, anak pertama ini,
anak menggunakan 2 kata yang ia jadikan satu untuk menggambarkan idenya.
Kemampuan ini akan berkembang menjadi kemampuan berbahasa yang baik dan benar jika
lingkungan anak menggunakan bahasa yang baik dan membiasakan anak untuk
mempergunakannya.
USIA
|
PERKEMBANGAN
|
Lahir
|
Menerima
bahasa, menangis, berespons terhadap suara.
|
1,5-3 bulan
|
Cooing (misal
“mmm” atau “eee”) dan tertawa.
|
3 bulan
|
Bermain
dengan suara.
|
5-6 bulan
|
Membuat suara
konsonan.
|
6-10 bulan
|
Babbling
(misal “ba ba” atau “mama).
|
9 bulan
|
Menggunakan
gesture untuk berkomunikasi.
|
9-10 bulan
|
Mulai
mengerti kata (biasanya “tidak” dan namanya sendiri), imitasi suara.
|
10 bulan
|
Kehilangan
kemampuan diskriminasi suara yang bukan dengan bahasanya.
|
10-14 bulan
|
Kata pertama,
imitasi suara.
|
13 bulan
|
Mengerti
simbolik nama.
|
14 bulan
|
Menggunakan
gesture simbolik.
|
16-24 bulan
|
Belajar
banyak kata baru (50-400 kata), menggunakan 2 kata.
|
18-24 bulan
|
Kalimat
pertama.
|
20 bulan
|
Gesture
berkurang, menggunakan nama.
|
24 bulan
|
Menggunakan
frase 2 kata.
|
30 bulan
|
Belajar kata
baru hampir tiap hari, kombinasi 2-3 kata dalam kalimat, sedikit kesalahan
gramatikal.
|
36 bulan
|
Kosa kata
sampai 1000, 80% dapat dimengerti, dan tata bahasa mendekati kemampuan orang
dewasa.
|
c)
Kompetensi
Kompetisi
menyebabkan seorang anak dapat bergaul dengan baik, menggunakan bahasa dengan
baik, dapat merencanakan serta melaksanakan sebuah tugas yang cukup rumit dan
dual focusing (memberi perhatian pada dua hal sekaligus).
Dari
hasil penelitian, bahwa anak yang kompeten umumnya berasal dari keluarga yang
banyak memberikan stimulasi pada anak. Ibu mereka umumnya bekerja dan apabila
tidak bekerja hanya memberikan waktu tidak terlalu banyak untuk anak. Namun,
ibu-ibu ini amat responsif terhadap kebutuhan anak. Mereka memberi stimulasi
yang biak untuk perkembangan pertumbuhan, menjawab setiap pertanyaan anak,
mendorong anak untuk melakukan sesuatu . Ibu-ibu ini adalah orang-orang yang
mempunyai sikap positif terhadap kehidupan, senang berada di dekat anak, sabar,
energik, mempunyai toleransi terhadap kerapian (karena anak senang membuat
segalanya menadi kotor), dan tidak mempunyai kekhawatiran yang berlebihan.
2.
Perkembangan
masa awal kanak-kanak.
Setelah masa bayi dan batita, anak memasuki masa awal kanak-kanak.
Anak-anak ini berada pada rentang usia 3-6 tahun. Pada masa ini, intelektual
anak berkembang amat pesat. Aspek-aspek perkembangan yang akan kita lihat pada
anak usia ini adalah perkembangan memori, perkembangan kognitif piaget, dan
perkembangan bahasa anak.
a)
Perkembangan
memori
Pada
tahapan ini, memori anak berkembangan dengan cukup pesat. Bahkan tidak jarang, kita
masih dapat mengingat apa yang terjadi pada kita sewaktu kita berada di usia
ini. Ada 3 hal yang berkembang pada anak usia ini:
Ø Autobiographical memory
Adalah
ingatan kita akan kejadian-kejadian spesifik yang terjadi pada kehidupan kita.
Biasanya kemampuan ini berkembang setelah anak usia 3 tahun. Kemudian, berkembang
pada anak berusia 5 dan 8 tahun. Biasanya kejadian setelah usia itu dapat
diingat selama 40 tahun atau bahkan lebih. Anak akan secara otomatis mengingat
peristiwa yang berarti untuknya. Misalnya, anak usia 2,5 tahun akan ingat kejadian
di hari ulang tahunnya, yang sudah lewat 6 bulan.
Ø Recognition
Adalah
kemampuan untuk mengidentifiksi sesuatu yang sudah kita ketahui sebelumnya.
Misalnya, memilih foto yang baru dan yang lama.
Ø Recall
Adalah
kemampuan untuk memproduksi pengetahuan dari ingatan. Misalnya, menceritakan
kembali gambar yang baru kita lihat setelah gambar tersebut diambil dari
hadapan kita.
b)
Perkembangan
kognitif piaget
Menurut
Piaget, pada usia 3-6 tahun anak berada pada masa praoperasional. Pada masa ini
anak sudah dapat berpikir dalam simbol, namun belum dapat menggunakan logika.
Pada masa ini anak sudah berpikir mengenai sebuah benda, orang atau kejadian
walaupun tidak sedang berada atau terjadi di depan mereka.
Berpikir
dengan simbol berarti anak sudah dapat menggambarkan berbagai hal dalam
pikirannya tanpa kehadiran benda tersebut. Misalnya, seorang anak menginginkan
es krim. Tanpa harus melihat es krim, ia sudah dapat menggambarkan bentuk es
krim sampai pada rasanya.
Pada
fungsi, anak sudah mengerti bahwa satu tindakan akan mengakibatkan hal yang
lain walaupun ia belum mengerti hukum sebab akibat secara jelas. Maksudnya
adalah anak dapat mengerti bahwa ia perlu menekan saklar bila ingin menyalakan
lampu. Ia belum dapat mengerti bahwa saklar mempunyai aliran listrik menuju
lampu yang membuatnya menyala, tetapi ia sudah melihat ada hubungan di antara
keduanya.
c)
Perkembangan
bahasa anak
Pada
usia 3 tahun, bahasa anak sudah mulai berkembang menuju kemampuan berbahasa orang
dewasa. Mereka sudah membedakan masa lalu dan masa yang akan datang dalam
berbahasa. Penggunaan kata-kata juga semakin cepat tepat, misalnya penggunaan
kata benda, sifat, bentuk tunggal, dan bentuk jamak.
Pada
usia 4-5 tahun, anak akan dapat menggunakan 4 atau 5 kata dalam kalimatnya.
Mereka sudah dapat menggunakan kata dan yang sejenisnya. Memasuki usia 6-7
tahun, kalimat ini akan semakin kompleks
dan gramatikalnya juga semakin lengkap.
Pada
usia ini berkembang 2 kemampuan, yaitu social speech dan private speech. Social
speech adalah pembicaraan yang dimasudkan untuk dimengerti oleh orang lain.
Private speech adalah kemampuan untuk berbicara pada dirinya sendiri, tanpa
maksud untuk berkomunikasi dengan orang lain.
3.
Perkembangan
kognitif masa tengah kanak-kanak.
Pada usia ini anak berada di sekolah dasar, yaitu usia 6-11 tahun.
Kita akan membahas perkembangan intelegensi anak, yaitu berdasarkan teori
Piaget dan pendekatan information processing serta perkembangan bahasa anak.
ü Perkembangan
intelegensi anak
Pada tahapan konkret operasional (7-11 tahun), anak
mengembangkan untuk berpikir secara logis mengenai keadaan saat ini (konkret),
namun belum mampu berpikir abstrak. Anak akan lebih mahir mengoperasikan angka,
mengetahui konsep waktu dan ruang, membedakan fantasi dan kenyataan, dapat
mengategorikan, mengatur sesuatu berdasarkan aturan tertentu, dan memahami
konversi.
Konversi adalah kesadaran bahwa dua stimulus yang
sama (misalnya dalam jumlah atau beratnya) akan tetap sama walaupun dipandang
dari sudut yang berbeda, selama jumlah atau beratnya tersebut tidak ditambah
maupun dikurangi. Misalnya, ada 2 gelas air, volume kedua gelas tersebut akan
tetap sama walaupun air dari gelas yang satu dupisahkan ke gelas lain yang
bentuknya berbeda. Kemampuan ini akan dimiliki anak pada saat ia secara
neurologis sudah siap dan lingkungan hanya mempunyai sedikit pengaruh dalam
kemampuan ini. Semakin cepat anak memahami konversi, semakin tinggi
intelegensinya.
B.
Perkembangan
Kognitif Anak Usia 4-6 Tahun.
Anak
usia 6 tahun pada umumnya mempunyai pikiran yang lebih dewasa bila dibandingkan
dengan anak usia 18 bulan. Namun anak usia 6 tahun tentu mempunyai keterbatasan
pemikiran bila kita bandingkan dengan anak usia 11 tahun. Hal ini terjadi
karena proses kognitif berkembang sesuai dengan pertumbuhan usia anak.
Ada
perbedaan cara berpikkir antara anak usia 4-6 tahun apabila dibandingkan dengan
anak usia 11 tahun maka diperlukan cara pembelajaran yang berbeda antara tiap
tahapan perkembngan ini. Dengan pola pembelaajaran yang sesuai, anak akan mampu
menangkap pelajaran yang diberikan dengan mudah. Cara pembelajaran seperti in
akan menghemat waktu yang cukup banyak bagi guru dan murid. Bagi guru, cara ini
akan lebih efesien karena guru dapat merasa yakin bahwa apa yang ia rencanakan
akan dapat dilaksanakan dengan baik oleh muridnya dan hasil yang baik akan
diperoeh. Sedangnkan bagi murid, akan efesiensi karena ia belajar sesuai dengan
kemampuannya saat itu sehingga apa yang diberikan oleh guru akan dapat diterima
dengan baik. Flavvel mengemukakan 5 postulat dalam perkembangan kognitif anak
usia 4-6 tahun, yaitu:
·
Pikiran itu ada
Bahwa
manusia adalah meruapakan makhluk yang mempunyai pemikiran/kognisi. Hal ini
dapat terlihat dari bagaimana seorang anak memandang orang tuanya saat ia
merasa ketakutan. Mulai usia 3 tahun, anak mulai dapat menjelaskan keadaan
emosi dan kebutuhan mereka, misalnya “Jangan sedih, Bu” atau “Mainanku
tertinggal”. Istilah kognitif, seperti ahu, ingat, dan pikir biasanya muncul
setelah istilah perseptual dan emosional yang berkembang sebelum usia 3 tahun. Kemudian
kemampuan anak akan berkembang lebih jauh lagi, seperti mengetahui perbedaan
menolak dan tahu, nyata dan khayalan, serta sengaja dan tidak sengaja. Hal
tersebut dimiliki ketiak memasuki usia 4 tahun.
·
Pikiran mempunyai
hubungan ke dunia fisik
Stimulus
yang datang akan diproses dan mengakibatkan munculnya sebuah ingkah laku
tertentu. Hubungan antara stimulus dan respon ini akan muncul dengan kuat sejak
usia 3 tahun, karena anak tahu bahwa stimulus yang datang harus direspon dengan
cara tertentu. Namun, pikiran ini masih amat terbatas. Mereka baru dapat
melakukan prediksi stimulus respon yang ama sederhana. Misalnya, mereka tahu
bahwa bila mereka tidak memakai seragam maka mereka tidak boleh diperbolehkan
masuk kelas.
·
Pikiran
terpisah dan berbeda dari dunai nyata
Sejak
usia 3 tahun, anak sudah memahami bahwa pikiran itu berbeda dengan batu,
sepeda, dan kepala. Mereka sudah dapat membedakan bahwa benda dapat dipegang
dan dilihat nyata kehadirannya, sedangkan pikiran tidak dapat dilihat dengan
mata. Anak-anak ini juga mengetahui bahwa pikiran mereka tidak akan diketahui
oleh orang lain bila mereka tidak mengatakannya. Anak usia ini sudah mempunyai
berbagai macam fantasi, seperti hantu, naga, atau boneka yang hidup.
Walaupun
mereka tahu bahwa khayalan ini hanya ada di pikiran mereka, tidak tertutup
kemungkinan bahwa mereka yakin bahwa khayalan mereka tidak ada di dunia nyata.
Oleh karena itu, anak sering merasa ketakutan dengan khayalan mereka.
·
Pikiran dapat merepresentasikan
objek dan kejadian secara akurat dan tidak akurat
Realitas
dapat diperlihatkan dalam berbagai cara dan pemikiran kita tidaklah selalu
benar. Anak usia 4 tahun yang diberi kotak permen, misalnya apabila ia diminta
untuk menyebut apa yang ada di dalam kotak, akan langsung berkata permen karena
ia yakin hanya permenlah yang mungkin berada di dalam kotak permen..
·
Pikiran secara
aktif menghubungkan antara interpretasi realitas dan pengalaman emosi
Anak
belum dapat mengerti bahwa kita mempunyai pikiran yang tersimpan di kepala kita
mengenai segala sesuatu. Mereka masih berpikir secara konkret dan langsung. Misalnya
seorang anak 4 tahun disuruh melihat gambar gelas kecil berwarna hitam dan
diminta menyebut benda apa itu. Ia pasti akan berkata gelas. Kemampuan ini baru
akan berkembang setelah anak berusia 6 tahun
1.
Kemampuan
berhitung anak usia 4-6 tahun.
Kemampuan numerik menjadi perhatian orang tuan dan pendidik, karena
kemampuan numerik banyak dijarkan di sekolah dan diperlukan di kehidupan sehari-hari.
Bahkan kemampuan ini merupakan salah satu kemampuan yang dipelajari anak secara
otomatis dalam periode masa kanak-kanak awal. Menurut Flavell ada 5 prinsip
dalam berhitung pada masa ini:
a)
The
one-one principle
Pada
dasarnya menghitung harus diajarkan secara berurutan dan satu per satu. “satu,
dua, tiga, dan seterusnya”. Setiap angka harus disebutkan, tidak boleh ada yang
dilewati dan tidak boleh diulang. Cara ini terbukti efektif untuk mengajar
anak, bahkan yang baru berusia 2,5-3 tahun.
b)
The
stable-order principle
Apabila
kita akan memperhatikan konsep jumlah pada anak, prinsip ini menekankan akan
keteraturan. Misalnya, kita akan menghitung 3 buah benda maka mulailah selalu
dengan “satu, dua, tiga” dan bukan “tiga, dua, satu” atau “tiga, satu, dua”. Dengan
pembiasaan seperti ini, anak akan lebih mudah belajar. Jika anak tersebut kadang
melompat, karena anak tersebut belum hafal akan urutan angka yang benar (anak
akan patuh pada prinsip ini).
c)
The
cardinal principle
Prinsip
ini untuk mengulang jumlah terakhir sesuai dengan jumlah yang diinginkan. Misalnya,
menghitung 3 apel, kita ucapkan “satu, dua, tiga…tiga apel”.
d)
The
abstraction principle
Umumnya
anak usia 4 tahun sudah dengan amat aktif mencoba menghitung semua benda yang
ada di sekitarnya. Mereka bahkan tidak memperhatikan penggolongan, seperti
bentuk, warna, atau apa pun. Mereka menggabugkan saja kursi, papan tulis,
bentuk, mainan, dan hal-hal yang ada di dekat mereka. Jadi anak usia ini sudah mempunyai
ketertarikan untuk menghitung segala sesuatu maka mereka mulai dapat diajarkan
hal-hal yang dapat dihitung.
e)
The
orde-irrelevance principle
Anak
usia 5 tahun sudah dapat mengerti bahwa walaupun mereka harus selalu mulai
dengan angka satu, angak satu ini dapat direpresentasikan dengan berbagai objek.
Maksudnya, anak sudah bisa mengerti bahwa bila hendak menghitung jumlah kotak
yang ada di ruangan kelas (ada 3 kotak, satu berwarna biru, satu merah, dan
satu hijau) maka angka satu dapat jatuh pada kotak biru, merah, atau hijau.
2.
Perkembangan
bahasa.
Pada usia 4-5 tahun, anak akan dapat menggunakan kata dan, untuk,
bagi, dan yang sejenisnya. Memasuki usia 6-7 tahun, kalimat ini akan semakin
kompleks dan gramatikalnya juga semakin lengkap. Pada usia ini berkembang 2
kemampuan, yaitu social speech dan private speech. Social speech adalah pembicaraan
yang dimaksud untuk dapat dimengerti oleh orang lain. Hal ini dilakukan sebagai
salah satu usaha anak untuk berinteaksi secara lebih inisiatif dengan orang
lain. Kamampuan ini dapat dikuasai oleh anak karena kemampuan gamatikal dan
kosa katanya sudah berkembang dengan baik.
Private speech adalah kemampuan anak untuk berbicara pada dirinya
sendiri, tanpa maksud untuk berkomunikasi dengan orang lain. Kemampuan ini
dapat membantu anak untuk menginterpretasikan bahasa dengan pikiran mereka dan
membantu mereka mengontrol tindakan mereka. Kemampuan ini dipengaruhi oleh
budaya. Ada budaya yang banyak menggunakan private speech untuk memotivasi
diri.
TIPE
|
KEGIATAN
ANAK
|
CONTOH
|
Wordplay
|
Mangulang kata dan suara, kadang dengan irama tertentu
|
Budi keliling kamar sambil berkata dengan berirama “taruh bola di
lemari, truh bola di kasur”
|
Solitary fantasy play and specch addressed to nonhuman object
|
Bicara pada benda, bermain peran, memberi suara pada benda.
|
Ina berkata “dor-dor” sambil menembakkan pistol-pistolan
|
Emotional releasse and expression
|
Mengekspresikan emosi atau perasaan pada diri sendiri.
|
Susi berkata “wah, bagusnya” sambil melihat dirinya memakai baju
baru di kaca.
|
Egocentric communication
|
Komunikasi dengan orang lain, namun informasinya tidak lengkap
sehingga tidak dapat dimengerti.
|
Rudi berkata pada ayahnya “ada yang pecah” tanpa menyebutkan apa
atau di mana.
|
Describing or guindingone’s own
activity
|
Menarasikan tindakan orang lain, berpikir sambil bicara.
|
Amir berhitung sambil menggunakan jari dan berkata “3, 4,
5…jawabannya 5”.
|
Reading aloud, sounding words
|
Membaca dengan bersuara (tidak membaca dalam hati).
|
Tita mengeja kata dari buku yang sedang dibaca “mengumpulkan”
dengan suara keras.
|
Inaudible muittering
|
Bicara pelan dengan kata-kata yang tidak dapat dimengerti orng di
sekitarnya.
|
Mulut Toni bergerak-gerak pada waktu ia mengerjakan soal
matematika.
|
3.
Perkembangan
memori.
Pada usia 3 tahun, anak mulai mengembangkan autobiographical memory,
yaitu ingatan akan kejadian tertentu pada kehidupan sendiri. Misalnya, anak
berusia 4 tahun, yang diajak oleh orang tuanya ke kebun binatang, akan dapat
mengingat peristiwa tersebut sampai berbulan-bulan kemudian. Ia akan mengingat
siapa saja yang ikut, apa saja yang mereka alami di sana dan kejadian-kejadian
lain yang mempunyai arti. Kemampuan ini akan meningkat pada usia 5-8 tahun dan
ingatan ini akan dapat tinggal hingga 20 atau 40 tahun kemudian bahkan lebih.
·
Recognition dan
recall
Recognition
adalah kemampuan untuk mnegidentifikasi sesuatu yang sudah diketahui sebelumnya.
Misalnya, kemampuan untuk memilih foto-foto berdasarkan mana yang sudah kita
pernah lihat dan belum pernah kita lihat. Sedangkan recall adalah kemampuan
untuk memproduksi pengetahuan dari ingatan. Misalnya, kita melihat sebuah foto, kemudian foto tersebut disimpan.
Kemudian, kita diminta untuk menggambarkan foto tersebut.
Anak
usia 4 tahun dapat melakukan recognition dengan sampai 90% secara benar, namun
ia hanya dapat melakukan recall dengan baik pada hal yang ditunjukkan terakhir.
Semakin bertambah usia, semakin baik kemampuan recall seseorang. Ada beberapa
hal yang dapat mempengaruhi ingatan seseorang, yaitu:
a)
General
knowledge, bahwa anak akan lebih mudah mengingat pada hal-hal yang mereka kenal.
Misalnya, anak diberikan dua kartu kepada anak. Anak kemudian diminta untuk
melakukan recall terhadap kartu-kartu yang mereka lihat. Mereka biasanya lebih
mudah mengingat pada dua hal yang menjadi bagian dari sesuatu yang utuh.
b)
Maastery
motivation and study activities, bahwa anak yang lebih besar dapat mengingat
lebih banyak daripada yang lebih kecil dan satu anak dapat mengingat lebih
banyak daripada anak lain karena dua hal. Pertama adalah motivasi anak untuk
menguasai kemampuan ini secara umum dan kedua adalah pendekatan anak terhadap
satu tugas tertentu.
c)
Unusual
activities, anak biasanya akan lebih mudah mengingat hal-hal yang baru atau
unik. Mereka akan melakukan recall dengan baik mengenai perjalanan ke kebun
binatang yang unik dan akan mengingatnya sampai bertahun-tahun kemudian.
d)
Social
interactions, hal ini dapat mempengaruhi ingatan anak adalah cara kita
mengemukakannya. Bila kita menggunakan metode bercerita dan menyebut-nyebut
pengalaman yang pernah dialami maka anak akan lebih dapat melakukan recall
terhadap apa yang diceritakan padanya.
C.
Kegiatan
Pembelajaran Untuk Anak Usia 4-6 Tahun.
Dengan
mengetahui sampai sejauh mana perkembangan yang sudah terjadi pada anak usia
4-6 tahun maka kita dapat menyusun kegiatan pembelajaran yang kira-kira sesuai
dengan tahapan perkembangan anak tersebut sehingga dapat ditemukan pendekatan
yang sesuai agar anak dapat belajar dengan lebih baik.
1.
Membuat
pelajaran dapat diingat.
Di sekolah, kita banyak mengajarkan hak-hal baru bagi anak.
Harapannya adalah anak dapat mengingat pelajaran ini sehingga pengetahuan dan
kemampuannya dapat berkembang. Untuk dapat memberikan banyak informasi dan
pengetahuan tentang suatu hak kepada anak usia 4-6 tahun ada beberapa prinsip
yang harus diingat adalah sebagai berikut:
a)
General
knowledge
Sudah
dijelaskan sebelumnya bahwa anak akan lebih mudah ingat akan hal-hal yang sudah
dikenalnya. Oleh karena itu,a akan amat baik apabila dalam menerangkan sesuatu
yang baru, guru menggunakan media yang sudah dikenal anak dengan baik.
b)
Mastery
motivation dan study activities
Agar
anak dapat mengingat dengan baik, perlu menjelaskannya. Jadi, akan amat baik
apabila pada awal pelajaran, anak diberitahu dengan bahasa yang sederhana,
mengapa hari ini kita akan mempelajari hal tersebut dan apa gunanya bagi anak.
Dengan mengetahui kegunaanya maka anak akan lebih termotivasi untuk belajar.
c)
Unusual
activities
Anak
akan lebih cepat ingat bila ia berada dalam situasi yang menarik. Ia dapat
mengingat kejadian ini dalam jangka waktu yang lebih lama. Oleh karenanya, suasana
pembelajaran sebaiknya dibuat semenarik mungkin untuk anak. Carilah
kegiatan-kegiatan yang disukai oleh anak sebagai sarana untuk belajar.
d)
Social
interaction
Kemampuan
guru dalam berkomunikasi merupakan hal yang penting suksesnya materi yang
diajarkan untuk anak. Dalam teori ini bahwa yang lebih bersifat naratif akan
lebih mudah dimengerti oleh anak, terutama bila dihubungkan dengan kejadian
yang dialaminya sendiri.
2.
Belajar
berhitung pada anak.
Anak usia 4-6 tahun sudah mulai diajarkan berhitung di sekolah.
Konsep-konsep yang diajarkan pada usia ini merupakan konsep dasar angka dan
berhitung dan belum masuk pada operasi hitung yang lebih kompleks. Berdasarkan
teori tersebut, ada 4 cara yang dapat diterapkan pada saat mengajarkan mereka
berhitung:
a)
The one-one
principle
Dalam
mengajar berhitung, angka hendaknya disebutkan semua satu persatu, tanpa
pengulangan atau perhentian. Misalnya menghitung dari satu sampai sepuluh maka
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10. Semua angka harus disebutkan tanpa ada yang
diulang agar anak dapat mengingat urutannya dengan tepat.
b)
The
stable-order principle
Bila
kita hendak mengajarkan anak menghitung jumlah maka urutan 1, 2, 3 dan
seterusnya harus diucapkan dengan benar sesuai dengan urutannya. Apabila
dilakukan terus-menerus maka anak secara otomatis akan mengingat urutan angka
yang benar dalam menghitung jumlah.
c)
The cardinal
principle
Guru
harus ingat untuk selalu mengulang angka terakhir atau jumlah benda yang
dihitung. Misalnya, menghitung 3 apel maka berdasarkan prinsip ini, harus
disebutkan satu persatu, yaitu 1, 2, 3, dan guru harus menekankan pada angka 3,
terakhir menjadi 1, 2, 3…apel.
d)
The
order-irrelevance principle
Penting
bagi anak untuk mengerti bahwa benda mana yang dihitung terlebih dahulu
tidaklah menjadi masalah sehingga anak tidak terpaku pada bendanya, melainkan
terbiasa dengan angka 1. Misalnya, menghitung buah apel, jeruk, mangga. Anak
bisa mulai dari apel, kemudian mangga atau urutan lain.
3.
Pendekatan
kognitif lain.
a)
Klasifikasi
Klasifikasi
adalah kemampuan untuk memilih dan mengelompokkan benda berdasarkan kesamaan
yang dimiliki. Untuk dapat melakukan klasifikasi, anak harus mempunyai
kemampuan dalam melihat persamaan dan perbedaan benda. Klasifikasi ini melibatkan
dua kegiatan, yaitu memilih benda dan mengelompokkan benda ke dalam kelompok
yang sesuai.
Kemampuan
amat berguna bagi anak untuk mengembangkan kemampuannya dalam menyatukan
beberapa informasi yang berbeda yang ia dapatkan dari lingkungan atau yang ia
punya di kepalanya. Kemampuan ini membuat kita mempunyai kebiasaan untuk
menghadapi lingkungan secara ekonomis sehingga kita tidak selalu harus melalui
tahap penyesuaian diri setiap kita menemukan kejadian atau benda baru. Hal-hal
yang dapat dijadikan materi untuk klasifikasi adalah sebagai berikut.
·
Membangun
balok.
·
Pelajaran seni
seperti bermain drama dan membaca buku.
b)
Seri
Adalah
kemampuan anak untuk menaruh benda atau kejadian sesuai dengan urutan yang
benar. Membuat serial ini bisa dari benda yang terpendek hingga terpanjang, rasa
paling manis sampai paling asam, atau benda-benda lain yang ada di sekitar
hidup anak.
c)
Konsep waktu
Walaupun
pada usia ini anak sudah dapat membedakan waktu, seperti kemarin atau hari ini,
namun konsep mereka masih amat terbatas pada hal-hal yang bersifat konkret. Oleh
karena itu, amat sia-sia bila kita mengajarkan konsep waktu pada anak dengan
jam atau dengan berkata “kita akan istirahat setengah jam lagi”. Yang dapat
kita lakukan adalah dengan berkata “setelah membaca buku ini, kita cuci tangan
dan makan siang”. Setelah usia 7 tahun, barulah anak dapat mengerti konsep
waktu secara abstrak.
d)
Konsep spasial
Konsep
ini menghubungkan antara orang dan benda, saat mereka bergerak dan menggunakan
ruangan yang ada di sekitarnya. Guru dapat mengajarkan konsep ini dengan menggunakan
sebanyak mungkin benda di sekeliling anak. Misalnya, berlari menuju guru,
berdiri di depan meja, berlari mengelilingi karpet.
4.
Pretend Play
Bermain pura-pura dijadikan cara yang amat efektif dalam mengajar
anak usia 4-6 tahun. Sebab utamanya adalah pada usia early childhood, bermain merupakan
kegiatan utama yang menarik bagi anak. Sebab yang lain, anak sudah mulai
berpikir dengan menggunakan simbol sehingga kegiatan bermain pura-pura selain
akan menarik bagi anak, dan dapat mengembangkan kemampuan berpikir simbolik. Misalnya,
bermain raja dan ratu maka anak sebaiknya diberi mahkota mainan dan bukan topi
biasa. Mereka belum bisa membayangkan topi sebagai mahkota.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar