PERKEMBANGAN
BAHASA ANAK USIA DINI
A.
Aspek
perkembangan bahasa secara umum.
1.
Pengertian.
Bahasa sesungguhnya adalah hal yang sulit untuk didefinisikan.
Dalam KBBI terdapat banyak definisi bahasa, diantaranya adalah sistem lambang sunyi
yang berartikulasi yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan
perasaan dan pikiran; perkataan-perkataan yang dipakai oleh suatu bangsa; serta
percakapan (perkataan) yang baik, sopan santun, tingkah laku yang baik.
Secara umum, kebanyakan orang mendifinisikan bahasa sebagai
rangkaian kata bermakna yang diatur dalam satu tata bahasa. Pendapat ini
didasarkan pada apa yang terlihat dari luar bahwa seseorang dapat berbicara
pada orang lain dengan menggunakan bahasa yang memiliki arti dan aturan tetentu.
2.
Bahasa
dan bicara.
Bahasa dan bicara adalah sesuatu yang terpisahkan walaupun meiliki
hubungan. Keduanya merupakan bagian dari proses komunikasi. Orang-orang dengan
kemampuan komunikasi yang normal menggunakan bahasa dan bicara sebagai dua hal
yang tidak terpisahkan. Walaupun demikina, pekembangan bahasa dan bicara tidak berjalan
bersamaan. Kemampuan bicara (dalam arti memproduksi suara yang benar) bahkan
baru mulai tampak berkembang dengan baik pada saat anak memasuki sekolah, yaitu
sekitar 6-7 tahun.
Seacara sepintas, perlehan bahasa untuk dapat bicara terlihat
seperti sekadar mempelajari kata-kata. Pada kenyataannya, untuk dapat berbicara
dengan baik dan benar, seorang anak harus menguasai 4 aspek yang berbeda dari
bahasa, yaitu:
a)
Phonology/fonologi,
yaitu pengetahuan tentang buyi bahasa. Buyi ini dihasilkan oleh alat ucap.
b)
Semantics/semantik,
yaitu pengetahuan tentang kata-kata dan artinya.
c)
Grammar/tata
bahasa, yaitu peraturan yang digunakan untuk menggambarkan struktur bahasa,
yang termasuk di dalamnya adalah syntax bagaimana cara mengkobinasikan kata
untuk membentuk kalimat yang baik.
d)
Pragmatics/pragmatik,
yaitu syarat-syarat yang mengakibatkan serasi tidaknya pemakaian bahasa dalam
komunikasi; bagaimana cara orang mempergunakan bahasa untuk melakukan
komunikasi efektif yang disesuaikan dengan pendengar dan acaranya.
3.
Faktor-faktor
yang mendukung dan menghambat perkembangan bahasa.
Setiap anak berbeda. Hal
itulah yang disebut individual diffeerences. Sebagai contoh, apabila
anda memperhatikan sekelompok anak usia 4-6 tahun di sebuah TK. Walaupun mereka
berbeda pada rentang usia yang sama, kemampuan bahasa mereka tampak berbeda.
Ada anak yang sudah sangat lancar berkata-kata, bahkan ia sanggup mengucapkan
artikulasi huruf “R”, yang dirasakan sulit oleh sebagian orang, sementara
beberapa anak yang lain tampak masih “cadel”.
Hal tersebut dikarenakan perkembangan bahasa merupakan suatu proses
yang kompleks, yang melibatkan 4 faktor yang mempengauhinya, yaitu:
·
Berbedanya cara
bagaimana si anak mempelajari bahasa tersebut,
·
Berbedanya
jenis bahasa yang dipelajari si anak,
·
Berbedanya
karakterisitik kepribadian anak, dan
·
Berbedanya
lingkungan tempat proses pembelajaran bahasa itu terjadi.
Pada dasarnya, cara anak memperoleh/mempelajari bahasa nyaris sama
pada setiap tempat/budaya. Mereka memperoleh bahasa (termasuk di dalamnya
fonologi, tata bahas dan kosa kata) dari orang-orang yang berinteraksi
dengannya. Ketika mereka mulai memasuki sekolah (sebagai contoh anak usia 4-6
tahun), tahap perkembangan bahasa mereka harus memperoleh dukungan dari guru
yang dapat mengakomodasi perbedaa-perbedaa pada penguasaan/penggunaan bahasa
pada setiap anak didiknya untuk mengembangkannya ke arah yang lebih baik.
Melihat adanya perbedaan pada setiap anak, ada 3 hal yang harus
diperhatikan guru dalam mengembangkan
kemampuan bahasa anak menjadi rata-rata, yaitu banyaknya kosa kata yang
seharusnya mereka kuasai, kejelasan dalam bicara, dan gangguan bicara, seperti
cadel dan gagap. Selain itu, terdapat pula pebedaan individu yang tampak khas
pada setiap anak yang mempengaruhi perkembangan bahasa mereka, yaitu sebagai
berikut:
a)
Kecerdasan
Adanya
hubungan antara pengukuran inteligensi dengan pengukuran perkembangan bahasa
(kosa kata, kemapuan artiklasi, dan indikasi kematangan kemampuan berbahasa).
Karena bahasa adalah adalah alat bantu dari belajar, jadi dapat diperkirakan
apabila anak itu mengalami kekurangan dalam perkembangan bahasa maka hal
tersebut akan mempengaruhi problema belajarnya.
Ada
hal yang perlu diperhatikan, yaitu bahwa orang banyak berbicara bukan salah
satu tanda pengukuran kemampuan bahasa. Adakalanya orang-orang yang tampak diam
atau tidak banyak bicara, bukan berarti bodoh atau memiliki kemampuan bahasa
rendah.
b)
Jenis kelamin
Perkembangan
bahasa seorang anak perempuan leih cepat dibandingkan anak laki-laki.
Penelitian menyebutkan bahwa remaja putri lebih banyak memiliki kemampuan
superior dalam verbal performance, dibandingkan dengan remaja putra.
Masalah-masalah
keterlambatan bicara/gangguan bicara, seperti gagap lebih sering dijumpai pada
anak laki-laki. Hal ini disebabkan karena pengaruh lingkungan yang membiasakan
perempuan untuk di rumah bermain boneka yang mereka ajak bicara, membantu ibu
di dapur, dan kegiatan lain yang membuat mereka lebih sering berinteraksi
dengan orang.
c)
Kondisi fisik
Perkembangan
dan pemerolehan bahasa mensyaratkan berbagai kondisi fisik, di antaranya adalah
bahwa pada orang tersebut tidak ada masalah pada organ bicara (gigi, lidah,
bibir, tenggorokan, pita suara), organ pendengaran/telinga, dan sistem
neuromuscular di otak. Agar perkembangan bahasa seorang anak berjalan dengan
normal, kesemua alat tersebut harus dapat berfungsi secara baik dab efektif.
d)
Lingkungan
keluarga
Keluarga
merupakan lingkungan terdekat anak paling yang paling penting untuk
menfasilitasi perkembangan bahasa pada anak. Sejak masih bayi sampai 6 tahun,
anak lebih banyak berinteraksi dengan anggota keluarga. Orang tua aktif
mengajar bicara, membacakan cerita dan secara intens berinteraksi secara verbal
akan memperoleh kemampuan bahasa yang lebih baik.
e)
Kondisi ekonomi
Anak-anak
yang berasal dari kelas menengah memiliki perkembangan bahasa yang lebih cepat
dibandingkan dengan anak-anak dari keluarga kelas ekonomi rendah. Orang-orang
dari keluarga menengah ke atas diperkirakan memilki taraf pendidikan yang cukup
untuk dapat menfasilitasi perkembangan bahasa pada anak (mereka dapat
menyediakan berbagai alat bantu, seperti buku dan alat tulis untuk pengembangan
bahasa), dan diberikan perhatian pada bicara anak dan menuntunnya secara baik.
f)
Setting
sosial/lingkungan-budaya
Perbedaan
budaya membuat perbedaan pada perkembangan bahasa anak, khususnya bahasa
nasional/bahasa Indonesia. Lingkungan sekitar anak yang secara aktif
mengucapkan bahasa daerah mereka dalam inteaksi sosial sehari-hari membuat anak
agak sulit untuk berbahasa Indonesia.
g)
Bilingualism/2
bahasa
Penguasaan
2 bahasa menjadi hal sangat populer belakangan ini. Dengan maksud agar anak
tidak ketinggalan zaman, orang tua khususnya di kota-kota besar mulai
memasukkan anaknya pada sekolah-sekolah yang menggunakan du bahasa atau lebih.
Usia teramat muda (kurang dari 2 tahun) pada saat perkembangan ‘bahasa ibu’
belum sepenuhnya mantap. Hal ini yang menyebakan anak mengalami kesulitan
pengucapan bahasa.
B.
Karakteristik
Perkembangan bahasa anak usia 4-6 tahun.
1.
Karakteristik
perkembangan bahasa anak usia 4-6 tahun.
Anak usia prasekolah membuat peningkatan pada kosa kata dan tata
bahasa. Pada usia 3 tahun, seorang anak diharapkan telah memiliki 900-1000 kata
yang berbeda. Bahkan dapat menggunakan sebanyak 12000 kata setiap hari. Di usia
ke-6, anak dapat mengucapkan 2600 kata yang berbeda.
Penguasaan kosa kata ini diperoleh anak melalui fast maping, yaitu
proses seorang anak menyerap arti dari suatu kata baru setelah mendengarnya
satu atau dua kali dalam sebuah percakapan. Kata benda lebih mudah di fast map
dibandingkan dengan kata sifat, yang tidak terlalu konkret. Kebanyakan anak
usia prasekolah lebih menggunakan kata benda dan kata ganti orang (saya, milik
saya,nama Adi) untuk bebicara.
Pada aspek tata bahasa, anak usia 4-6 tahun telah mampu untuk
merangkai huruf menjadi kata, dan kata menjadi sebuah kalimat bermakna. Di
antara usia 4-5 tahun, rata-rata anak dapat membuat kalimat yang terdiri dari
4-5 kata. Mereka mulai dapat mengeluarkan kalimat negatif, kalimat tanya, dan
kalimat pasif dengan tepat.
Pada usia 4 tahun anak dapat menggunakan kalimat komples dan
multikausal (hubungan sebab akibat), misalnya saya makan karena lapar. Anak
juga sering menyambung kalimat untuk mengungkapkan cerita, misalnya penggunaan,
“abis itu….abis itu…”. Selain itu mereka mulai melakukan private speech, yaitu
bicara keras pada diri sendiri tanpa ada maksud untuk berkomunikasi. Pada usia
5-7 tahun, pembicaraan anak telah mendekati orang dewasa.
Perkembangan bahasa lain terjadi ialah ‘bermain peran’. Anak usia
4-5 tahun dapat memaunkan peran orang yang lebih dewasa dari usianya. Bila anak
berperan sebagai ‘ibu’ maka ia akan berbicara dan bertingkah laku sebagai
layaknya ibu. Permainan ini sangat penting
bagi perkembangan bahasa seorang anak karena anak-anak secara tidak
langsung akan dituntut untuk membayangkan dan mengucapkan banyak kata.
2.
Masalah-masalah
perkembangan bahasa yang sering dialami anak usia 4-6 tahun.
a.
Kesulitan
untuk mengungkapkan keinginan secara ferbal.
Kemampuan
untuk berkomunikasi dengan orang lainsecara verbal ini akan berkembang sejalan
dengan bertambahnya usia. Semakin anak terampil berkomunikasi dengan bahasa
maka semakin mudah bagi dirinya untuk menyampaikan keinginannya kepada orang
lain dengan cara yang dapat dimengerti sehingga akan menjadi cepat baginya
untuk memperoleh respon dari orang yang diajak bicara.
Anak
usia 4-6 tahun mulai dapat menceritakan kegiatannya pada hari itu, menerima
pesan telepon, dan bahkan terkadang dari banyaknya interaksi dengan orang lain
akan muncul kata-kata ajaib, bahkan ‘tabu’ untuk diucapkan, yang sengaja
dikeluarkannya untuk menguji reaksi dari orang dewasa di skitarnya. Akan
tetapi, apabila anak yang dapat dengan cepat berbicara maka ada juga beberapa
anak yang masih mengalami kesulitan denham ekspresi bahasa verbal ini.
Salah
satu penyebabnya adalah kondisi mental anak. Pada anak-ana dengan IQ kurang,
misalnya anak keterbelakangan mental akan mengalami kesulitan untuk
mengungkapkan keinginan secara verbal kerena mereka sering tidak tahu bagaimana
mengungkapkannya.
Ada
juga faktor lain, yakni faktor fisik yang dapat menghambatnya. Adanya masalah
pada alat pendengaran atau masalah pada organ bicara, seperti lidah dan gigi,
membuat mereka kesulitan untuk mengungkapkan keinginan secaa verbal.
Salah
satu faktor lain adalah faktor emosional, bila anak merasa aman dan nyaman
dalam mengungkapkan keinginannya secara verbal maka kemampuan ini akan terus
dikembangkannya dengan baik lagi. Sebaliknya, jika anak tidak memperoleh
reinforcement positif dan dukungan dari lingkungannya, misalnya orang dewasa
tidak memperdulikan saat anak berusaha untuk menyampaikan keinginan secara
verbal, membuat anak menjadi patah semangat dan pada akhirnya memilih untuk
tidak mengembangkan keterampilan berkomunikasi verbal ini.
b.
Kesulitan
untuk berkomunikasi dengan menggunakan kalimat lengkap.
Anak-anak
usia prasekolah pada umumnya sudah menguasai tata bahasa dengan baik, namun
terkadang mereka cenderung sering menyingkat kalimat. Misalnya, “Besok aku akan
pakai sepatu baru yang biru”. Seharusnya, mereka dapat mengucapkannya dengan
lebih baik, seperi “Besok aku akan memakai sepatu baruku yang berwarna biru”.
Penggunaan
kalimat yang lengkap dalam suatu percakapan tentu saja berhubungan dengan lingkungan
tempat tinggal anak. Bila lingkungan terus menuntutnya untuk berbahasa yang
baik dan benar maka anak akan terpacu untuk berucap lengkap. Hal yang perlu
diingat adalah bahwa kemampuan berbicara dan berbahasa anak biasanya didapat
dari hasil imitasi terhadap kemampuan orang-orang dewasa yang ada di sekitarnya
dalam berbicara.
3. Cadel.
Cadel merupakan satu bentuk kesalahan artikulasi yang paling banyak
dijumpai pada anak. Seorang anak yang cadel tidak dapat memroduksi bunyi suara
yang seharusnya, misalnya tidak dapat menyebutkan huruf ‘s’ atau huruf ‘r’.
Seorang anak yang cadel sulit membuat lawan bicaranya mengerti apa yang
diharapkan.
Kesulitan anak dalam artikulasi kata ini sering membawa efek buruk
lain pada anak. Anak yang cadel akan cepat terlihat frustasi ketika berbicara
karena pendengarnya akan kesulitan untuk memahami apa yang dikatakannya. Anak
ini biasanya memiliki kesulitan berteman, dikarenakan pengucapannya yang ‘aneh’
ia sering menjadi bahan ejekan teman-teman seusianya. Mereka sering menolak
untuk bicara karena takut diejek.
Kesulitan ini memiliki banyak penyebab. Apabila anak memiliki
pendengaran baik, kecerdasan rata-rata, dan bahwa sesungguhnya ia mengerti apa
yang diucapkan orang padanya, maka masalahnya terletak pada mekanisme penghasil
suara atau organ artikulasinya. Untuk mengatasi hal ini, orang tua dapat
meminta bantuan/pelatihan dari orang terapis wicara.
Apabila anak memiliki gangguan pendengaran, misalnya ia hanya dapat
mendengar sebagian kata-kata yang diucapkan orang lain maka akan menjadi
terganggu. Untuk hal ini baiknya konsultasikan kekurangan si kecil pada dokter,
khususnya spesialis THT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar