Senin, 12 Januari 2015

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN AUD (Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini)



PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA DINI

A.    Aspek perkembangan bahasa secara umum.
1.      Pengertian.
Bahasa sesungguhnya adalah hal yang sulit untuk didefinisikan. Dalam KBBI terdapat banyak definisi bahasa, diantaranya adalah sistem lambang sunyi yang berartikulasi yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran; perkataan-perkataan yang dipakai oleh suatu bangsa; serta percakapan (perkataan) yang baik, sopan santun, tingkah laku yang baik.
Secara umum, kebanyakan orang mendifinisikan bahasa sebagai rangkaian kata bermakna yang diatur dalam satu tata bahasa. Pendapat ini didasarkan pada apa yang terlihat dari luar bahwa seseorang dapat berbicara pada orang lain dengan menggunakan bahasa yang memiliki arti dan aturan tetentu.
Menurut Hulit & Howard sesungguhnya bahasa adalah ekspresi kemampuan manusia yang bersifat innate/bawaan. Sejak lahir kita tyelah dilengkapi denghan kapasitas untuk dapat menggunakan bahasa. Kemampuan menggunakan bahasa bersifat instinktif/naluriah, akan tetapi kapasitasnya pada setiap orang berbeda, tergantung jenis bahasa spesifik apa yang mereka gunakan. Seorang anak yang dilahirkan di tengah-tengah orang dewasa yang berbahasa Indonesia mereka akan selalu mendengarkan bahasa tersebut sehingga mereka akan berbicara dengan bahasa Indonesia.
2.      Bahasa dan bicara.
Bahasa dan bicara adalah sesuatu yang terpisahkan walaupun meiliki hubungan. Keduanya merupakan bagian dari proses komunikasi. Orang-orang dengan kemampuan komunikasi yang normal menggunakan bahasa dan bicara sebagai dua hal yang tidak terpisahkan. Walaupun demikina, pekembangan bahasa dan bicara tidak berjalan bersamaan. Kemampuan bicara (dalam arti memproduksi suara yang benar) bahkan baru mulai tampak berkembang dengan baik pada saat anak memasuki sekolah, yaitu sekitar 6-7 tahun.
Seacara sepintas, perlehan bahasa untuk dapat bicara terlihat seperti sekadar mempelajari kata-kata. Pada kenyataannya, untuk dapat berbicara dengan baik dan benar, seorang anak harus menguasai 4 aspek yang berbeda dari bahasa, yaitu:
a)      Phonology/fonologi, yaitu pengetahuan tentang buyi bahasa. Buyi ini dihasilkan oleh alat ucap.
b)      Semantics/semantik, yaitu pengetahuan tentang kata-kata dan artinya.
c)      Grammar/tata bahasa, yaitu peraturan yang digunakan untuk menggambarkan struktur bahasa, yang termasuk di dalamnya adalah syntax bagaimana cara mengkobinasikan kata untuk membentuk kalimat yang baik.
d)     Pragmatics/pragmatik, yaitu syarat-syarat yang mengakibatkan serasi tidaknya pemakaian bahasa dalam komunikasi; bagaimana cara orang mempergunakan bahasa untuk melakukan komunikasi efektif yang disesuaikan dengan pendengar dan acaranya.
3.      Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat perkembangan bahasa.
Setiap anak berbeda. Hal  itulah yang disebut individual diffeerences. Sebagai contoh, apabila anda memperhatikan sekelompok anak usia 4-6 tahun di sebuah TK. Walaupun mereka berbeda pada rentang usia yang sama, kemampuan bahasa mereka tampak berbeda. Ada anak yang sudah sangat lancar berkata-kata, bahkan ia sanggup mengucapkan artikulasi huruf “R”, yang dirasakan sulit oleh sebagian orang, sementara beberapa anak yang lain tampak masih “cadel”.
Hal tersebut dikarenakan perkembangan bahasa merupakan suatu proses yang kompleks, yang melibatkan 4 faktor yang mempengauhinya, yaitu:
·         Berbedanya cara bagaimana si anak mempelajari bahasa tersebut,
·         Berbedanya jenis bahasa yang dipelajari si anak,
·         Berbedanya karakterisitik kepribadian anak, dan
·         Berbedanya lingkungan tempat proses pembelajaran bahasa itu terjadi.
Pada dasarnya, cara anak memperoleh/mempelajari bahasa nyaris sama pada setiap tempat/budaya. Mereka memperoleh bahasa (termasuk di dalamnya fonologi, tata bahas dan kosa kata) dari orang-orang yang berinteraksi dengannya. Ketika mereka mulai memasuki sekolah (sebagai contoh anak usia 4-6 tahun), tahap perkembangan bahasa mereka harus memperoleh dukungan dari guru yang dapat mengakomodasi perbedaa-perbedaa pada penguasaan/penggunaan bahasa pada setiap anak didiknya untuk mengembangkannya ke arah yang lebih baik.
Melihat adanya perbedaan pada setiap anak, ada 3 hal yang harus diperhatikan guru dalam mengembangkan  kemampuan bahasa anak menjadi rata-rata, yaitu banyaknya kosa kata yang seharusnya mereka kuasai, kejelasan dalam bicara, dan gangguan bicara, seperti cadel dan gagap. Selain itu, terdapat pula pebedaan individu yang tampak khas pada setiap anak yang mempengaruhi perkembangan bahasa mereka, yaitu sebagai berikut:
a)      Kecerdasan
Adanya hubungan antara pengukuran inteligensi dengan pengukuran perkembangan bahasa (kosa kata, kemapuan artiklasi, dan indikasi kematangan kemampuan berbahasa). Karena bahasa adalah adalah alat bantu dari belajar, jadi dapat diperkirakan apabila anak itu mengalami kekurangan dalam perkembangan bahasa maka hal tersebut akan mempengaruhi problema belajarnya.
Ada hal yang perlu diperhatikan, yaitu bahwa orang banyak berbicara bukan salah satu tanda pengukuran kemampuan bahasa. Adakalanya orang-orang yang tampak diam atau tidak banyak bicara, bukan berarti bodoh atau memiliki kemampuan bahasa rendah.
b)      Jenis kelamin
Perkembangan bahasa seorang anak perempuan leih cepat dibandingkan anak laki-laki. Penelitian menyebutkan bahwa remaja putri lebih banyak memiliki kemampuan superior dalam verbal performance, dibandingkan dengan remaja putra.
Masalah-masalah keterlambatan bicara/gangguan bicara, seperti gagap lebih sering dijumpai pada anak laki-laki. Hal ini disebabkan karena pengaruh lingkungan yang membiasakan perempuan untuk di rumah bermain boneka yang mereka ajak bicara, membantu ibu di dapur, dan kegiatan lain yang membuat mereka lebih sering berinteraksi dengan orang.
c)      Kondisi fisik
Perkembangan dan pemerolehan bahasa mensyaratkan berbagai kondisi fisik, di antaranya adalah bahwa pada orang tersebut tidak ada masalah pada organ bicara (gigi, lidah, bibir, tenggorokan, pita suara), organ pendengaran/telinga, dan sistem neuromuscular di otak. Agar perkembangan bahasa seorang anak berjalan dengan normal, kesemua alat tersebut harus dapat berfungsi secara baik dab efektif.
d)     Lingkungan keluarga
Keluarga merupakan lingkungan terdekat anak paling yang paling penting untuk menfasilitasi perkembangan bahasa pada anak. Sejak masih bayi sampai 6 tahun, anak lebih banyak berinteraksi dengan anggota keluarga. Orang tua aktif mengajar bicara, membacakan cerita dan secara intens berinteraksi secara verbal akan memperoleh kemampuan bahasa yang lebih baik.
e)      Kondisi ekonomi
Anak-anak yang berasal dari kelas menengah memiliki perkembangan bahasa yang lebih cepat dibandingkan dengan anak-anak dari keluarga kelas ekonomi rendah. Orang-orang dari keluarga menengah ke atas diperkirakan memilki taraf pendidikan yang cukup untuk dapat menfasilitasi perkembangan bahasa pada anak (mereka dapat menyediakan berbagai alat bantu, seperti buku dan alat tulis untuk pengembangan bahasa), dan diberikan perhatian pada bicara anak dan menuntunnya secara baik.
f)       Setting sosial/lingkungan-budaya
Perbedaan budaya membuat perbedaan pada perkembangan bahasa anak, khususnya bahasa nasional/bahasa Indonesia. Lingkungan sekitar anak yang secara aktif mengucapkan bahasa daerah mereka dalam inteaksi sosial sehari-hari membuat anak agak sulit untuk berbahasa Indonesia.
g)      Bilingualism/2 bahasa
Penguasaan 2 bahasa menjadi hal sangat populer belakangan ini. Dengan maksud agar anak tidak ketinggalan zaman, orang tua khususnya di kota-kota besar mulai memasukkan anaknya pada sekolah-sekolah yang menggunakan du bahasa atau lebih. Usia teramat muda (kurang dari 2 tahun) pada saat perkembangan ‘bahasa ibu’ belum sepenuhnya mantap. Hal ini yang menyebakan anak mengalami kesulitan pengucapan bahasa.

B.     Karakteristik Perkembangan bahasa anak usia 4-6 tahun.
1.      Karakteristik perkembangan bahasa anak usia 4-6 tahun.
Anak usia prasekolah membuat peningkatan pada kosa kata dan tata bahasa. Pada usia 3 tahun, seorang anak diharapkan telah memiliki 900-1000 kata yang berbeda. Bahkan dapat menggunakan sebanyak 12000 kata setiap hari. Di usia ke-6, anak dapat mengucapkan 2600 kata yang berbeda.
Penguasaan kosa kata ini diperoleh anak melalui fast maping, yaitu proses seorang anak menyerap arti dari suatu kata baru setelah mendengarnya satu atau dua kali dalam sebuah percakapan. Kata benda lebih mudah di fast map dibandingkan dengan kata sifat, yang tidak terlalu konkret. Kebanyakan anak usia prasekolah lebih menggunakan kata benda dan kata ganti orang (saya, milik saya,nama Adi) untuk bebicara.
Pada aspek tata bahasa, anak usia 4-6 tahun telah mampu untuk merangkai huruf menjadi kata, dan kata menjadi sebuah kalimat bermakna. Di antara usia 4-5 tahun, rata-rata anak dapat membuat kalimat yang terdiri dari 4-5 kata. Mereka mulai dapat mengeluarkan kalimat negatif, kalimat tanya, dan kalimat pasif dengan tepat.
Pada usia 4 tahun anak dapat menggunakan kalimat komples dan multikausal (hubungan sebab akibat), misalnya saya makan karena lapar. Anak juga sering menyambung kalimat untuk mengungkapkan cerita, misalnya penggunaan, “abis itu….abis itu…”. Selain itu mereka mulai melakukan private speech, yaitu bicara keras pada diri sendiri tanpa ada maksud untuk berkomunikasi. Pada usia 5-7 tahun, pembicaraan anak telah mendekati orang dewasa.
Perkembangan bahasa lain terjadi ialah ‘bermain peran’. Anak usia 4-5 tahun dapat memaunkan peran orang yang lebih dewasa dari usianya. Bila anak berperan sebagai ‘ibu’ maka ia akan berbicara dan bertingkah laku sebagai layaknya ibu. Permainan ini sangat penting  bagi perkembangan bahasa seorang anak karena anak-anak secara tidak langsung akan dituntut untuk membayangkan dan mengucapkan banyak kata.
2.      Masalah-masalah perkembangan bahasa yang sering dialami anak usia 4-6 tahun.
a.      Kesulitan untuk mengungkapkan keinginan secara ferbal.
Kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lainsecara verbal ini akan berkembang sejalan dengan bertambahnya usia. Semakin anak terampil berkomunikasi dengan bahasa maka semakin mudah bagi dirinya untuk menyampaikan keinginannya kepada orang lain dengan cara yang dapat dimengerti sehingga akan menjadi cepat baginya untuk memperoleh respon dari orang yang diajak bicara.
Anak usia 4-6 tahun mulai dapat menceritakan kegiatannya pada hari itu, menerima pesan telepon, dan bahkan terkadang dari banyaknya interaksi dengan orang lain akan muncul kata-kata ajaib, bahkan ‘tabu’ untuk diucapkan, yang sengaja dikeluarkannya untuk menguji reaksi dari orang dewasa di skitarnya. Akan tetapi, apabila anak yang dapat dengan cepat berbicara maka ada juga beberapa anak yang masih mengalami kesulitan denham ekspresi bahasa verbal ini.
Salah satu penyebabnya adalah kondisi mental anak. Pada anak-ana dengan IQ kurang, misalnya anak keterbelakangan mental akan mengalami kesulitan untuk mengungkapkan keinginan secara verbal kerena mereka sering tidak tahu bagaimana mengungkapkannya.
Ada juga faktor lain, yakni faktor fisik yang dapat menghambatnya. Adanya masalah pada alat pendengaran atau masalah pada organ bicara, seperti lidah dan gigi, membuat mereka kesulitan untuk mengungkapkan keinginan secaa verbal.
Salah satu faktor lain adalah faktor emosional, bila anak merasa aman dan nyaman dalam mengungkapkan keinginannya secara verbal maka kemampuan ini akan terus dikembangkannya dengan baik lagi. Sebaliknya, jika anak tidak memperoleh reinforcement positif dan dukungan dari lingkungannya, misalnya orang dewasa tidak memperdulikan saat anak berusaha untuk menyampaikan keinginan secara verbal, membuat anak menjadi patah semangat dan pada akhirnya memilih untuk tidak mengembangkan keterampilan berkomunikasi verbal ini.
b.      Kesulitan untuk berkomunikasi dengan menggunakan kalimat lengkap.
Anak-anak usia prasekolah pada umumnya sudah menguasai tata bahasa dengan baik, namun terkadang mereka cenderung sering menyingkat kalimat. Misalnya, “Besok aku akan pakai sepatu baru yang biru”. Seharusnya, mereka dapat mengucapkannya dengan lebih baik, seperi “Besok aku akan memakai sepatu baruku yang berwarna biru”.
Penggunaan kalimat yang lengkap dalam suatu percakapan tentu saja berhubungan dengan lingkungan tempat tinggal anak. Bila lingkungan terus menuntutnya untuk berbahasa yang baik dan benar maka anak akan terpacu untuk berucap lengkap. Hal yang perlu diingat adalah bahwa kemampuan berbicara dan berbahasa anak biasanya didapat dari hasil imitasi terhadap kemampuan orang-orang dewasa yang ada di sekitarnya dalam berbicara.
3.      Cadel.
Cadel merupakan satu bentuk kesalahan artikulasi yang paling banyak dijumpai pada anak. Seorang anak yang cadel tidak dapat memroduksi bunyi suara yang seharusnya, misalnya tidak dapat menyebutkan huruf ‘s’ atau huruf ‘r’. Seorang anak yang cadel sulit membuat lawan bicaranya mengerti apa yang diharapkan.
Kesulitan anak dalam artikulasi kata ini sering membawa efek buruk lain pada anak. Anak yang cadel akan cepat terlihat frustasi ketika berbicara karena pendengarnya akan kesulitan untuk memahami apa yang dikatakannya. Anak ini biasanya memiliki kesulitan berteman, dikarenakan pengucapannya yang ‘aneh’ ia sering menjadi bahan ejekan teman-teman seusianya. Mereka sering menolak untuk bicara karena takut diejek.
Kesulitan ini memiliki banyak penyebab. Apabila anak memiliki pendengaran baik, kecerdasan rata-rata, dan bahwa sesungguhnya ia mengerti apa yang diucapkan orang padanya, maka masalahnya terletak pada mekanisme penghasil suara atau organ artikulasinya. Untuk mengatasi hal ini, orang tua dapat meminta bantuan/pelatihan dari orang terapis wicara.
Apabila anak memiliki gangguan pendengaran, misalnya ia hanya dapat mendengar sebagian kata-kata yang diucapkan orang lain maka akan menjadi terganggu. Untuk hal ini baiknya konsultasikan kekurangan si kecil pada dokter, khususnya spesialis THT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar