Sabtu, 29 Desember 2012

PROBLEMATIKA PENDIDIKAN MODERN


FULL DAY SCHOOL

A.    Latar Belakang
Kesuksesan pendidikan terletak pada kurikulum. Kurikulum yang diterapkan harus relevan dengan kebutuhan anak didik dan tuntutan orangtua. Selain sekolah harus menamppilkan ciri khas yang dapat dilirik masyarakat, juga yang paling utama, sekolah mampu memastikan bahwa sekolah tersebut benar-benar mempunyai kelebihan dalam berbagai hal. Keunggulan sebuah sekolah ditentukan oleh manajemen sekolah tersebut. Jika memperbicangkan dunia pendidikan saat ini, pasti tidak lepas dengan istilah full day scholl, yang mana sekolah ini dirancang sedemikian rupa layak sekolah formal, juga didesain mampu memberikan harapan pasti pada masyarakat.
Sukur Basuki, berpendapat bahwa sekolah, sebagian waktunya digunakan untuk program pembelajaran yang suasana informal, tidak kaku, menyenangkan bagi siswa, dan menumbuhkan kreativitas dan inovasi dari guru. Pada dasarnya, bahwa belajar efektif bagi anak itu hanya 3-4 jam sehari (dalam suasana formal) dan 7-8 sehari (dalam suasana informal).[1]
Apa yang dikatakan beliau adalah bermaksud menggali potensi anak didik secara total, yaitu dengan menitikberatkan pada situasi dan kondisi ketika anak didik dapat mengikuti proses belajar, tapi juga bermain. Dengan demikian, siswa tidak merasa terbebani dan tidak merasa bosan berada di sekolah karena full day school banyak memiliki metode pembelajaran. Metode pembelajarannya tidak selalu dilakukan dalam kelas, namun juga siswa diberi kebebasan untuk memilih tempat belajar.
Pertanyaan kemudian, adakah pengaruh sistem full daya scholl terhadap peningkatan mutu pendidikan? Jika dilihat dari proses pelaksanaannya, sistem ini mampu menyedot perhatian masyarakat untuk melanjutkan studi putra putrinya. Hal ini terbukti dengan full day school menjadi pilihan faforit banyak siswa dan dambaan banyak orangtua.
B.     Sejarah Munculnya Full Day School dan Pengertiannya
Full day school pada awalnya muncul pada awal tahun 1980-an di Amerika Serikat. Pada waktu itu full day school dilaksanakan untuk jenjang sekolah Taman Kanak-kanan dan selanjutnya meluas pada jenjang yang lebih tinggi mulai dari SD sampai dengan menengah atas. Adapun munculnya system pendidikan full day school di Indonesia diawali dengan menjamurnya istilah sekolah unggulan sekitar tahun 1990-an, yang banyak dipelopori oleh sekolah-sekolah swasta termasuk sekolah-sekolah yang berlabel Islam.
Dalam pengertian yang ideal, full day school adalah sekolah yang fokus pada kualitas proses pembelajaran, dan mengedepankan kualitas input siswanya. Kualitas proses pembelajaran bergantung pada system pembelajarannya. Namun faktanya sekolah unggulan biasanya ditandai dengan biaya yang mahal, fasilitas yang lengkap dan serba mewah, elit, lain daripada yang lain, serta tenaga-tenaga pengajar yang “professional”,[2] walaupun keadaan ini sebenarnya tidak menjamin kualitas pendidikan yang dihasilkan. Term ini yang kemudian dikembangkan oleh para pengelola di sekolah-sekolah menjadi bentuk yang lebih beragam dan menjadi trade mark,  diantaranya adalah full day school.
Kata full day scholl berasal dari bahasa Inggris. Full artinya ‘penuh’, day artinya ‘sekolah’. Jadi, pengertian full day school adalah sekolah sepanjang hari atau proses belajar mengajar yang dilakukan mulai pukul 06.45-15.00 dengan durasi istirahat dua jam sekali. Dan yang paling diutamakan dalam full day school adalah pengaturan jadwal mata pelajaran dan pendalaman.[3]
Jadi Full day school merupakan program yang seluruh aktivitas di sekolah (sekolah sepanjang hari) dengan ciri “integrated activity” dan “integrated curriculum”. Sekolah plus ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pembinaan generasi sholih dan sholihah. Para pendidik akan tampil sebagai uswatun hasanah yang mendampingi anak-anak mencapai perkembangan optimalnya.

C.    Tujuan dan Keunggulan Full Day School dalam Pendidikan
Salah satu masalah yang sering dikemukakan oleh para pengamat  pendidikan Islam adalah adanya kekurangan jam pelajaran untuk  pengajaran agama Islam yang disediakan di sekolah menengah umum maupun di madrasah.[4] Masalah ini yang dianggap sebagai penyebab utama timbulnya kekurangan para pelajar dalam memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama. Sebagai akibat dari kekurangan ini, para  pelajar tidak memiliki bekal yang memadai untuk membentengi dirinya  dari barbagai pengaruh negatif akibat dari globalisai yang menerpa  kehidupan sekarang ini.
Contoh yang dapat kita ambil adalah kenakalan remaja semakin hari semakin meningkat. Inilah yang memotivasi para orangtua untuk mencari sekolah formal sekaligus mampu memberikan kegiatan-kegiatan yang positif (informal) pada anak mereka. Dengan mengikuti full day school, orang tua dapat mencegah dan menetralisasi kemungkinan dari kegiatan-kegiatan anak yang menjurus pada kegiatan negatif. Alasan memilih dan memasukkan anaknya ke full day school, salah satu pertimbangannya adalah dari segi edukasi siswa.
Banyak alasan mengapa full day school menjadi pilihan.[5] 1) Meningkatkan jumlah orangtua yang kurang memberikan perhatian pada anaknya, terutama yang berhubungan dengan aktivitas anak setelah pulang dari sekolah. 2) Perubahan sosial budaya yang terjadi di masyarakat-dari masyarakat agraris menuju ke masyarakat industri, contohnya perkembangan alat teknologi komunikasi dan informasi lingkungan kehidupan perkotaan menjurus ke arah individualisme. 3) Perubahan sosial budaya mempengaruhi pola pikir dan cara pandang masyarakat, contohnya masyarakat industri mengukur keberhasilan materi. 4) Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi begitu cepat sehingga jika tidak dicermati, maka kita akan menjadi korban, terutama korban teknologi komunikasi.
Untuk memaksimalkan waktu luang anak-anak agar lebih berguna, maka diterapkanlah sistem full day school dengan tujuan: membentuk akhlak dan akidah dalam menanamkan nilai-nilai positif; mengembalikan manusia pada fitrahnya sebagai khalifah fil Ard dan sebagai hamba Allah; serta memberikan dasar yang kuat dalam belajar di segala aspek.[6] Sedangkan kurikulum program full day school didesain untuk menjangkau masing-masing bagian dari perkembangan anak. Konsep pengembangan dan inovasi sistem pembelajarannya adalah dengan mengembangkan kreativitas yang mencakup integritas dan kondisi kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dan tujuan utama pendidikan dalam meningkatkan mutu adalah melahirkan manusia yang mampu melakukan hal-hal baru, tidak sekedar mengulang apa yang dilakukan generasi sebelumnya sehingga bisa menjadi kreatif, penemu dan penjelajah.
Disisi lain, ada nilai keunggulan. Berikut nilai plus sekolah berbasis formal dan informal ini. 1) Anak mendapat pendidikan umum antisipasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. 2) Anak memperoleh pendidikan keislaman secara layak dan proposional. 3) Anak mendapatkan perkembangan sosial budaya yang ditandai dengan dasarnya arus informasi dan globalisasi yang membutuhkan nila saring. 4) Potensi anak tersalurkan melalui kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler. 5) Perkembangan bakat, minat, dan kecerdasan anak terantisipasi sejak dini melalui program bimbingan dan konseling.[7]

D.    Sistem Pembelajaran Full Day School
Full Day School (FDS) menerapkan suatu konsep dasar “Integrated-Activity” dan “Integrated-Curriculum”. Hal inilah yang membedakan dengan sekolah pada umumnya. Dalam FDS semua program dan kegiatan siswa di sekolah, baik belajar, bermain, beribadah dikemas dalam sebuah sistem pendidikan. Titik tekan pada FDS adalah siswa selalu berprestasi belajar dalam proses pembelajaran yang berkualitas yakni diharapkan akan terjadi perubahan positif dari setiap individu siswa sebagai hasil dari proses dan aktivitas dalam belajar. Adapun prestasi belajar yang dimaksud terletak pada tiga ranah, yaitu:
1)      Prestasi yang bersifat kognitif
Adapun prestasi yang bersifat kognitif seperti kemampuan siswa dalam mengingat, memahami, menerapkan, mengamati, menganalisa, membuat analisa dan lain sebagianya. Konkritnya, siswa dapat menyebutkan dan menguraikan pelajaran minggu lalu, berarti siswa tersebut sudah dapat dianggap memiliki prestasi yang bersifat kognitif.
2)      Prestasi yang bersifat afektif
Siswa dapat dianggap memiliki prestasi yang bersifat afektif, jika ia sudah bisa bersikap untuk menghargai, serta dapat menerima dan menolak terhadap suatu pernyataan dan permasalahan yang sedang mereka hadapi.
3)      Prestasi yang bersifat psikomotorik
Yang termasuk prestasi yang bersifat psikomotorik yaitu kecakapan eksperimen verbal dan nonverbal, keterampilan bertindak dan gerak. Misalnya seorang siswa menerima pelajaran tentang adab sopan santun kepada orang lain, khususnya kepada orang tuanya, maka si anak sudah dianggap mampu mengaplikasikannya dalam kehidupannya.[8]

Sebelum kita membahas tentang sistem pembelajaran FDS, tentunya kita perlu mengetahui tentang makna sistem pembelajaran itu sendiri. Sistem adalah seperangkat elemen yang saling berhubungan satu sama lain. Adapun sistem pembelajaran adalah suatu sistem karena merupakan perpaduan berbagai elemen yang berhubungan satu sama lain. Tujuannya agar siswa belajar dan berhasil, yaitu bertambah pengetahuan dan keterampilan serta memiliki sikap benar. Dari sistem pembelajaran inilah akan menghasilkan sejumlah siswa dan lulusan yang telah meningkat pengetahuan dan keterampilannya dan berubah sikapnya menjadi lebih baik.[9] Adapun proses inti sistem pembelajaran FDS antara lain:
1)      Proses pembelajaran yang berlangsung secara aktif, kreatif, tranformatif sekaligus intensif. System persekolahan dan pola full day school mengindikasikan proses pembelajaran yang aktif dalam artian mengoptimalisasikan seluruh potensi untuk mencapai tujuan pembelajaran secara optimal baik dalam pemanfaatan sarana dan prasarana di lembaga dan mewujudkan proses pembelajaran yang kondusif demi pengembangan potensi siswa yang seimbang.
2)      Proses pembelajaran yang dilakukan selama aktif sehari penuh tidak memforsir siswa pada pengkajian, penelaahan yang terlalu menjenuhkan. Akan tetapi, yang difokuskan adalah system relaksasinya yang santai dan lepas dari jadwal yang membosankan.[10]

Dari uraian diatas tadi, bahwa konsep pengembangan dan inovasi dalam full day school adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan karena mutu pendidikan di Indonesia sekarang ini dipertanyakan. Maka berbagai cara dan metode dikembangkan. Penerapan full day school ini mengembangkan kreativitas yang mencakup tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik secara seimbang, yang diwujudkan dalam program-programnya yang dikemas sebagaimana berikut:
1)      Pada jam sekolah, sesuai dengan alokasi waktu dalam standar nasional tetap di lakukan pemberian materi pelajaran sesuai kurikulum standar Nasional.
2)      Di luar jam sekolah (sebelum jam tujuh dan setelah jam 12) dilakukan kegiatan seperti pengayaan materi pelajaran umum, penambahan kegiatan yang bersifat pengembangan diri seperti music, dan keagamaan seperti praktek ibadah dan sholat berjema’ah. Namun siswa tetap diberi kesempatan untuk istirahat siang sebagaimana dilakukan di rumah. Pola hubungan antara guru dan siswa (vertical) dan guru dengan guru (horizontal) dilandasi dengan bangunan akhlak yang diciptakan dan dalam konteks pendidikan serta suasana kekeluargaan.

Dalam sistem ini, diterapkan juga format gama (bermain), dengan tujuan agar proses belajar mengajar penuh dengan kegembiraan, penuh dengan permainan-permainan yang menarik bagi siswa untuk belajar. Walaupun berlangsung selama sehari penuh, hal ini sesuai dengan teori Bloom dan Yacom, yang menyatakan bahwa metode game (bermain) dalam pembelajaran salah satunya adalah dengan menggunakan kegembiraan dalam mengajarkan dan mendorong tercapainya tujuan-tujuan instruksional. Hal senada juga disampaikan oleh Meier, bahwa permainan belajar jika dimanfaatkan dengan bijaksana dapat menyingkirkan keseriusan yang menghambat dan menghilangkan stres dalam lingkungan belajar.[11] Semua teknik bukanlah tujuan, melainkan sekedar rencana untuk mencapai tujuan, yaitu meningkatkan kualitas/mutu pembelajaran dan mutu pendidikan.

E.     Faktor Penunjang
Setiap sekolah mempunyai tujuan yang ingin dicapai, tentunya ditingkat kelembagaan. Untuk menuju ke arah tersebut, diperlukan berbagai kelengkapan dalam berbagai bentuk jenisnya. Salah satunya adalah sistem yang akan digunakan di dalam sebuah lembaga. Apabila sudah memilih sistem dengan baik, maka semuanya dapat diberdayakan menurut fungsi masing-masing kelengkapan sekolah.[12] Diantara faktor-faktor pendukung itu adalah:
1.      Kurikulum
Kurikulum suatu alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Kesuksesan suatu pendidikan dapat dilihat dari kurikulum yang digunakan oleh sekolah. Dengan demikian, kurikulum sangat mendukung untuk meningkatkan mutu pendidikan. Dan kurikulum merupakan tolak ukur dalam kegiatan belajar mengajar disekolah.[13]
2.      Manajemen
Manajemen sangat penting dalam suatu organisasi. Tanpa menejemen yang baik, maka sesuatu yang akan kita gapai tidak akan pernah tercapai dengan baik karena kelembagaan akan berjalan dengan baik, jika dikelola dengan baik. Dengan adanya manajemen yang efektif dan efesien, maka sangat menunjang dalam mengembangkan lembaga pendidikan.
3.      Sarana dan Prasarana
Sarana prasarana akan mempengaruhi anak didik dalam belajar, karena dengan adanya saran prasarana di sekolah maka masalah yang dihadapi anak didik dalam belajar relatif sedikit dan hasil belajar anak didik akan lebih baik.
4.      SDM (Sumber Daya Manusia)
Tugas terpenting dari seorang manajer adalah menyeleksi dan mengembangkan diri melatih SDM.  Dalam penerapan full day school, guru dituntut untuk selalu memperkaya pengetahuan dan keterampilan serta harus memperkaya diri dengan metode-metode pembelajaran yang sekiranya tidak membuat siswa bosan. Agar pencapaian mutu pendidikan tercapai, maka siswa harus dididik secara komprehensif, misalnya mendidik anak dengan memberikan arahan dan motivasi pencapaian tujuan, baik jangka pendek maupun jangka panjang, dan memberikan fasilitasnya melalui pengalaman belajar yang memadai, serta membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai, dan penyesuaian diri.

Di samping itu, keberadaan pegawai juga menjadi hal penting. Dalam lembaga pendidikan, tenaga kerja atau pegawai dapat dibagi menjadi dua, yaitu[14] (a) tenaga teknis sipil (tenaga profesional atau tenaga edukatif), yakni personal pelaksanaan belajar mengajar. (b) tenaga adminstratif atau tenaga non edukatif, yakni personal yang tidak langsung bertujuan mewujudkan proses belajar mengajar, antara lain melalui pegawai tata usaha, pegawai laboratorium, keuangan dll.

F.     Faktor Penghambat
Adanya faktor pendukung, juga diiringindengan faktor penghambat. Faktor penghambat ini menjadi hal niscaya dalam proses pendidikan. Banyak faktor penghambat dalam penerapan full day school, yaitu:
1.      Sarana dan prasanana
Sarana dan prasarana merupakan bagian dari pendidikan yang sangat vital guna menunjang keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, perlu adanya pengelohan pendidikan yang baik, sebagaimana dikatakan bahwa sekolah dapat berhasil apabila pengelolaan sarana dan prasarananya juga baik. Dengan keterbatasan sarana dan prasarana, maka akan menghambat kemajuan sekolah tersebut.
2.      Pegawai/tenaga teknis dan dana
Tenaga gurulah yang sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan proses belajar mengajar. Karena pada dasarnya fungsi guru adalah merealisasikan cita-cita umat Islam agar anak didiknya menjadi manusia yang beriman dan berilmu pengetahuan, dalam rangka meraih hidup sejahtera dunia dan kebahagiaan hidup di akhirat. Maka, untuk mencapai tujuan itu, diperlukan sikap profesionalisme guru dalam mengajar.
Sebenarnya guru menghadapi dua masalah sebagai berikut. Pertama, berkaitan dalam faktor dari dalam diri guru, meliputi pengetahuan, keterampilan disiplin, upaya pribadi, dan kerukunan kerja. Kedua, berkaitan dengan pekerjaan, meliputi manajemen dan cara kerja yang baik, penghematan biaya, dan ketepatan waktu.
Dapat disimpulkan bahwa faktor dalam diri guru dan pekerjaan guru dapat menjadi hambatan bagi pengembangan sekolah. Dengan demikian, kepala sekolah, sebagai pemegang kebijakan tertinggi, bersama-sama dengan komite lain berusaha untuk meningkatkan profesionalisme guru. Dari dalam guru, diperlukan adanya seminar, pelatihan-pelatihan (workshop). Sedangkan, yang berkaitan dengan pekerjaan, pihak sekolah perlu melengkapi sarana dan prasaranadalam menunjang proses belajar mengajar, tunjangan gaji, uang transport dll.

G.    Pengembangan Pendidikan Islam lewat Full Day School
System pendidikannya, dan pelaksanaannya di full day school, merupakan salah satu bentuk manifestasi respon dunia pendidikan (akademik) terhadap pendidikan Islam, sekaligus penerapan pendidikan Islam itu sendiri. Lahirnya full day school di Indonesia tidak hanya berkiblat kepada latar belakang historis, akan tetapi ia berkembang sejalan dengan perkembangan budaya, sosial ekonomi dan pola pikir masyarakat.
Dari sisi budaya, Indonesia telah mengalami asimilasi budaya, bahkan penetrasi budaya luar yang tidak hanya positif tetapi juga negatif jika tidak diimbangi dengan pengetahuan dan pendidikan yang baik. Sedangkan dari segi sosial ekonomi, secara ekonomi distribusi masyarakat yang berada di atas rata-rata ataupun di bawah rata-rata menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat perkotaan berada dalam kelas menengah ke atas, sedangkan masyarakat pedesaan mayoritas memiliki penghasilan ekonomi di bawah standar atau pada kelas menengah ke bawah. Hal ini juga disebabkan faktor lapangan kerja yang tersedia dan menjanjikan lebih banyak di perkotaan. Hal ini memancing proses urbanisasi yang tak terkendali. Dan ketika mereka telah mencapai kesuksesan maka enggan untuk kembali ke desa. Kondisi inilah yang turut mendorong  full day school dan pendidikan terpadu banyak berkembang di perkotaan. Mobilitas orang tua sebagai implikasi dari semangat meningkatkan taraf hidup, turut menjadi faktor penting, sementara mereka tidak punya cukup waktu untuk mendidik anaknya di rumah.
Dari segi pola pikir, masyarakat sudah banyak menganut pola pikir pragmatis dan praktis.  Para orang tua berfikir bahwa dengan uang, kualitas pendidikan bisa di beli. Dengan uang, mereka tidak harus mencurahkan waktu, tenaga dan pikirannya sendiri untuk mendidik anak-anak mereka, karena di luar banyak tersedia lembaga-lembaga pendidikan yang siap menjawab kebutuhan masyarakat, mengambil alih tanggung jawab orang tua meskipun dengan biaya yang relatif tinggi.
Implikasi-implikasi apapun yang muncul dari adanya full day school, telah memberikan kontribusi yang tidak kecil artinya bagi masyarakat dan pemerintah, baik secara instistusional maupun instruksional. Secara instruksional, full day school telah memberikan kontribusi sebagaimana berikut:
1.      Bagi pemerintah
a)      Full day school menambah deretan lembaga pendidikan yang ikut serta mencetak manusia yang siap pakai yang memiliki keseimbangan pada aspek kognitif, afektif dan psiko motorik, sehingga memungkinkan untuk mengaktualisasikan dirinya dalam masyarakat secara optimal. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional.
b)      Full day scholl mewakili lembaga pendidikan umum dan lembaga pendidikan agama sekaligus karena di dalamnya menerapkan system pendidikan yang memadukan ilmu agama dengan umum.
2.      Bagi Masyarakat
a)      Full day school menjadi lembaga pendidikan alternatif yang membantu mengatasi kegelisahan para orangtua yang sibuk bekerja sehingga tanggung jawab pendidikan bisa dilimpahkan kepada lembaga selama sehari penuh tanpa perlu merasa khawatir akan pergaulan anaknya yang salah.
b)      Dengan fasilitas pendidikannya mampu meningkatkan animo masyarakat karena lebih  optimis terhadap pendidikan anaknya.

Adapun kontribusi full day school dari sisi instruksional, antara lain sebagai berikut:
1.      Sistem pendidikan pada Full day school mengarah pada terbentuknya keseimbangan pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Intensifikasi pembelajaran kurikulum inti dan penambahan materi-materi lain yang berupa pengembangan diri dan pengayaan, juga materi-materi keagamaan, membantu penguatan kognitif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa serta mengembangkan bakat anak. Oleh karena itu sebaiknya pengelola mengidentifikasi bakat dan minat anak untuk menyusun kurikulum. Interaksi yang dilakukan antar siswa yang satu dengan yang lain, atau antara siswa dengan guru dalam konteks pendidikan dapat menumbuhkan sikap sosial yang baik. Ini merupakan salah satu pengembangan aspek afektif, disamping membentuk kemandirian sikap dan berfikir, karena selama sehari ia lepas dari pendampingan orang tua. Aspek afektif ini pada akhirnya akan termanifestasi dalam prilaku atau psikomotorik.
2.      Sistem pembelajaran yang diterapkan pada full day school telah membentuk keseimbangan "Intelectual Question, Emotional Question dan Spiritual Question” yang dapat mendorong pada terbentuknya insan kamil.
3.      Kebutuhan orang tua akan segi religiusitas anak juga dapat teratasi, karena di dalamnya ada materi-materi agama yang tidak hanya sebatas teori tetapi juga aplikasinya.

H.    Kesimpulan
Dari pembahasan tentang system pendidikan full day school di atas dapat diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu:
1.      Full day school mengandung arti system pendidikan yang menerapkan pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar sehari penuh dengan memadukan system pengajaran yang intensif yakni dengan menambah jam pelajaran untuk pendalaman materi pelajaran serta pengembangan diri dan kreatifitas.
2.      Pelaksanaan system pendidikan full day school mengarah pada beberapa tujuan ,antara lain:
a)    Untuk memberikan pengayaan dan pendalaman materi pelajaran yang telah ditetapkan oleh diknas sesuai jenjang pendidikan
b)   Memberikan pengayaan pengalaman melalui pembiasaan-pembiasaan  hidup yang baik untuk kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
c)    Melakukan pembinaan kejiwaan, mental dan moral peserta didik disamping mengasah otak agar terjadi keseimbangan antara kebutuhan jasmani dan rohani sehingga terbentuk kepribadian yang utuh.
d)   Pembinaan spiritual Intelegence peserta didik melalui penambahan materi-materi agama dan kegiatan keagamaan sebagai dasar dalam bersikap dan berperilaku.
3.      Full Day School (FDS) menerapkan suatu konsep dasar “Integrated-Activity” dan “Integrated-Curriculum” dan berorientasi pada prestasi belajar siswa yang mencakup 3 ranah, kogitif, afektif dan psikomotorik.
4.      Proses sistem pembelajaran fullday school berlangsung secara aktif, kreatif, tranformatif sekaligus intensif, namun dikemas dengan system yang relaks dengan jadwal yang tidak membosankan.
5.      Adapun faktor yang menghambat dalam dalam penerapan full day school, antara lain: 1) Sarana dan prasarananya, 2) Pegawai/tenaga teknis dan dananya.

I.       Saran
Kemajuan suatu bangsa cukup bisa dilihat sejauh mana kemajuan pendidikan yang ada didalamnya. Sekolah full day school merupakan salah satu trobosan dalam dunia pendidikan yang cukup marak pada tahun ini. Dengan program sekolah full day diharapkan dunia pendidikan di Indonesia bisa semakin baik.
Namun yang masih menjadi permasalahan saat ini adalah bahwa pendidikan seperti itu hanya mampu di nikmati oleh siswa yang memang dalam kondisi ekonomi yang baik, karena rata-rata sekolah yang berlebel seperti demikian pasti juga menentukan biaya pendidikan yang cukup mahal. Sehingga peran pemerintah sebagai tonggak utama menjadi sangat dibutuhkan untuk mampu memberikan pendidikan yang terbaik bagi warga negaranya. Sehinga pendidikan yang baik dapat dinikmati oleh semua kalangan tingkat ekonomi.
Pastinya sistem pedidikan tersebut merupakan program yang ideal yang seharusnya dijalankan oleh pemerintah dalam meningkatakan pendidikan di nergara Indonesia. Sehingga jika pendidikan dapat ditingkatkan secara signifikan, maka masalah-masalah Negara yang belum terpecahkan, yang muaranya sebenarnya adalah dari masalah pendidikan, maka baik masalah ekonomi dan sosial secara berkala akan terselesaiakn dengan sendirinya.

J.      Daftara Pustaka
Baharuddin, “Pendidikan dan Psikologi Perkembangan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2009.
Basuki, Salim, “Full Day School Harus Proposional Sesuai dengan Jenis dan Jenjang Sekolah”. Dalam http://SMKN I lmj.Sch.Id/?. Diakses pada 06 April 2008.
Dimyati dan Mudjiono, “Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Dradjat, Zakiah, “Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental. Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1982.
Hafiduddin Didin, “Manajemen Syari’ah dalam Praktik. Jakarta: Gema Insani, 2003.
Hasan, Noer, “Fullday School (Model alternatif pembelajaran bahasa Asing). Jurnal Pendidikan Tadris. Vol 11, 2006.
Miarso, Yudihadi, dkk, “Teknologi Komunikasi Pendidikan. Jakarta: CV. Rajawali, 1986.
Muhaimin, “Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.
Nawawi, Hadari, “Administrasi Pendidikan. Jakarta: Gunugn Agung, 1985.
Sismanto, “Awal Munculnya Sekolah Unggulan”, Artikel  (21 Mei 2007).
Salim, Peter, “Advance English-Indonesia Dictonary. Jakarta: Modern English Press, 1988.
Syah, Muhibbin, “Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Terpadu. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.




[1] Salim Basuki. Full Day School Harus Proposional Sesuai dengan Jenis dan Jenjang Sekolah. Dalam http://SMKN I lmj.Sch.Id/?. Diakses pada 06 April 2008.
[2] Sismanto, “Awal Munculnya Sekolah Unggulan”, Artikel  (21 Mei 2007).
[3] Peter Salim, Advance English-Indonesia Dictonary (Jakarta: Modern English Press, 1988), 340.
[4] Zakiah Dradjat, Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1982), 25.
[5] Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), 168-170.
[6] Baharuddin, Pendidikan dan Psikologi Perkembangan (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2009), 230.
[7] Ibid., 231.
[8] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Terpadu (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), 154-156.
[9] Yudihadi Miarso, dkk, Teknologi Komunikasi Pendidikan (Jakarta: CV. Rajawali, 1986), 33-34.
[10] Noer Hasan, Full Day School (Model alternatif pembelajaran bahasa Asing) (Jurnal Pendidikan Tadris. Vol 11, 2006), 110-111.
[11] Baharuddin, Pendidikan dan Psikologi Perkembangan (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2009), 239.
[12] Didin Hafiduddin, Manajemen Syari’ah dalam Praktik (Jakarta: Gema Insani, 2003), 4.
[13] Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), 264.
[14] Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan (Jakarta: Gunugn Agung, 1985), 65.