FULL
DAY SCHOOL
A.
Latar
Belakang
Kesuksesan
pendidikan terletak pada kurikulum. Kurikulum yang diterapkan harus relevan
dengan kebutuhan anak didik dan tuntutan orangtua. Selain sekolah harus
menamppilkan ciri khas yang dapat dilirik masyarakat, juga yang paling utama,
sekolah mampu memastikan bahwa sekolah tersebut benar-benar mempunyai kelebihan
dalam berbagai hal. Keunggulan sebuah sekolah ditentukan oleh manajemen sekolah
tersebut. Jika memperbicangkan dunia pendidikan saat ini, pasti tidak lepas dengan
istilah full day scholl, yang mana
sekolah ini dirancang sedemikian rupa layak sekolah formal, juga didesain mampu
memberikan harapan pasti pada masyarakat.
Sukur Basuki,
berpendapat bahwa sekolah, sebagian waktunya digunakan untuk program pembelajaran
yang suasana informal, tidak kaku, menyenangkan bagi siswa, dan menumbuhkan
kreativitas dan inovasi dari guru. Pada dasarnya, bahwa belajar efektif bagi
anak itu hanya 3-4 jam sehari (dalam suasana formal) dan 7-8 sehari (dalam
suasana informal).[1]
Apa yang
dikatakan beliau adalah bermaksud menggali potensi anak didik secara total,
yaitu dengan menitikberatkan pada situasi dan kondisi ketika anak didik dapat
mengikuti proses belajar, tapi juga bermain. Dengan demikian, siswa tidak
merasa terbebani dan tidak merasa bosan berada di sekolah karena full day
school banyak memiliki metode pembelajaran. Metode pembelajarannya tidak selalu
dilakukan dalam kelas, namun juga siswa diberi kebebasan untuk memilih tempat
belajar.
Pertanyaan
kemudian, adakah pengaruh sistem full daya scholl terhadap peningkatan mutu
pendidikan? Jika dilihat dari proses pelaksanaannya, sistem ini mampu menyedot
perhatian masyarakat untuk melanjutkan studi putra putrinya. Hal ini terbukti
dengan full day school menjadi pilihan faforit banyak siswa dan dambaan banyak
orangtua.
B.
Sejarah
Munculnya Full Day School dan Pengertiannya
Full day school pada awalnya muncul pada awal tahun
1980-an di Amerika Serikat.
Pada waktu itu full day school dilaksanakan untuk jenjang sekolah Taman
Kanak-kanan dan selanjutnya meluas pada jenjang yang lebih tinggi mulai dari SD
sampai dengan menengah atas. Adapun munculnya system pendidikan full day school di Indonesia diawali
dengan menjamurnya istilah sekolah unggulan sekitar tahun 1990-an, yang banyak
dipelopori oleh sekolah-sekolah swasta termasuk sekolah-sekolah yang berlabel
Islam.
Dalam pengertian
yang ideal, full day school adalah sekolah yang fokus pada kualitas proses
pembelajaran, dan mengedepankan kualitas input siswanya. Kualitas proses
pembelajaran bergantung pada system pembelajarannya. Namun faktanya sekolah
unggulan biasanya ditandai dengan biaya yang mahal, fasilitas yang lengkap dan
serba mewah, elit, lain daripada yang lain, serta tenaga-tenaga pengajar yang
“professional”,[2]
walaupun keadaan ini sebenarnya tidak menjamin kualitas pendidikan yang
dihasilkan. Term ini yang kemudian dikembangkan oleh para pengelola di
sekolah-sekolah menjadi bentuk yang lebih beragam dan menjadi trade mark, diantaranya adalah full day school.
Kata full day
scholl berasal dari bahasa Inggris. Full
artinya ‘penuh’, day artinya
‘sekolah’. Jadi, pengertian full day school adalah sekolah sepanjang hari atau
proses belajar mengajar yang dilakukan mulai pukul 06.45-15.00 dengan durasi
istirahat dua jam sekali. Dan yang paling diutamakan dalam full day school
adalah pengaturan jadwal mata pelajaran dan pendalaman.[3]
Jadi Full day school merupakan program
yang seluruh aktivitas di sekolah (sekolah sepanjang hari) dengan ciri “integrated activity” dan “integrated curriculum”. Sekolah plus ini diharapkan dapat
bermanfaat untuk pembinaan generasi sholih dan sholihah. Para pendidik akan
tampil sebagai uswatun hasanah yang
mendampingi anak-anak mencapai perkembangan optimalnya.
C.
Tujuan
dan Keunggulan Full Day School dalam Pendidikan
Salah satu masalah yang sering
dikemukakan oleh para pengamat pendidikan Islam adalah adanya kekurangan
jam pelajaran untuk pengajaran agama Islam yang disediakan di sekolah
menengah umum maupun di madrasah.[4]
Masalah ini yang dianggap sebagai penyebab utama timbulnya kekurangan para
pelajar dalam memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama. Sebagai akibat
dari kekurangan ini, para pelajar tidak memiliki bekal yang memadai untuk
membentengi dirinya dari barbagai pengaruh negatif akibat dari globalisai
yang menerpa kehidupan sekarang ini.
Contoh yang dapat kita ambil adalah kenakalan remaja
semakin hari semakin meningkat. Inilah yang memotivasi para orangtua untuk mencari
sekolah formal sekaligus mampu memberikan kegiatan-kegiatan yang positif
(informal) pada anak mereka. Dengan mengikuti full day school, orang tua dapat mencegah dan
menetralisasi kemungkinan dari kegiatan-kegiatan anak yang menjurus pada
kegiatan negatif. Alasan memilih dan memasukkan anaknya ke full day school, salah satu pertimbangannya adalah dari
segi edukasi siswa.
Banyak alasan mengapa full day school menjadi pilihan.[5]
1) Meningkatkan jumlah orangtua yang kurang memberikan perhatian pada anaknya,
terutama yang berhubungan dengan aktivitas anak setelah pulang dari sekolah. 2)
Perubahan sosial budaya yang terjadi di masyarakat-dari masyarakat agraris
menuju ke masyarakat industri, contohnya perkembangan alat teknologi komunikasi
dan informasi lingkungan kehidupan perkotaan menjurus ke arah individualisme.
3) Perubahan sosial budaya mempengaruhi pola pikir dan cara pandang masyarakat,
contohnya masyarakat industri mengukur keberhasilan materi. 4) Kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi begitu cepat sehingga jika tidak dicermati, maka kita
akan menjadi korban, terutama korban teknologi komunikasi.
Untuk
memaksimalkan waktu luang anak-anak agar lebih berguna, maka diterapkanlah
sistem full day school dengan tujuan:
membentuk akhlak dan akidah dalam menanamkan nilai-nilai positif; mengembalikan
manusia pada fitrahnya sebagai khalifah
fil Ard dan sebagai hamba Allah; serta memberikan dasar yang kuat dalam
belajar di segala aspek.[6]
Sedangkan kurikulum program full day school
didesain untuk menjangkau masing-masing bagian dari perkembangan anak.
Konsep pengembangan dan inovasi sistem pembelajarannya adalah dengan
mengembangkan kreativitas yang mencakup integritas dan kondisi kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Dan tujuan utama pendidikan dalam meningkatkan mutu
adalah melahirkan manusia yang mampu melakukan hal-hal baru, tidak sekedar
mengulang apa yang dilakukan generasi sebelumnya sehingga bisa menjadi kreatif,
penemu dan penjelajah.
Disisi lain, ada
nilai keunggulan. Berikut nilai plus sekolah berbasis formal dan informal ini.
1) Anak mendapat pendidikan umum antisipasi terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan. 2) Anak memperoleh pendidikan keislaman secara layak dan
proposional. 3) Anak mendapatkan perkembangan sosial budaya yang ditandai
dengan dasarnya arus informasi dan globalisasi yang membutuhkan nila saring. 4)
Potensi anak tersalurkan melalui kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler. 5)
Perkembangan bakat, minat, dan kecerdasan anak terantisipasi sejak dini melalui
program bimbingan dan konseling.[7]
D.
Sistem
Pembelajaran Full Day School
Full
Day School (FDS) menerapkan suatu konsep dasar
“Integrated-Activity” dan “Integrated-Curriculum”. Hal inilah yang membedakan
dengan sekolah pada umumnya. Dalam FDS semua program dan kegiatan siswa di
sekolah, baik belajar, bermain, beribadah dikemas dalam sebuah sistem
pendidikan. Titik tekan pada FDS adalah siswa selalu berprestasi belajar dalam
proses pembelajaran yang berkualitas yakni diharapkan akan terjadi perubahan
positif dari setiap individu siswa sebagai hasil dari proses dan aktivitas
dalam belajar. Adapun prestasi belajar yang dimaksud terletak pada tiga ranah,
yaitu:
1) Prestasi yang bersifat kognitif
Adapun prestasi yang bersifat kognitif seperti
kemampuan siswa dalam mengingat, memahami, menerapkan, mengamati, menganalisa,
membuat analisa dan lain sebagianya. Konkritnya, siswa dapat menyebutkan dan
menguraikan pelajaran minggu lalu, berarti siswa tersebut sudah dapat dianggap
memiliki prestasi yang bersifat kognitif.
2)
Prestasi yang bersifat afektif
Siswa dapat dianggap memiliki prestasi yang bersifat
afektif, jika ia sudah bisa bersikap untuk menghargai, serta dapat menerima dan
menolak terhadap suatu pernyataan dan permasalahan yang sedang mereka hadapi.
3) Prestasi yang bersifat psikomotorik
Yang termasuk prestasi yang bersifat psikomotorik
yaitu kecakapan eksperimen verbal dan nonverbal, keterampilan bertindak dan
gerak. Misalnya seorang siswa menerima pelajaran tentang adab sopan santun
kepada orang lain, khususnya kepada orang tuanya, maka si anak sudah dianggap
mampu mengaplikasikannya dalam kehidupannya.[8]
Sebelum kita membahas
tentang sistem pembelajaran FDS, tentunya kita perlu mengetahui tentang makna
sistem pembelajaran itu sendiri. Sistem adalah seperangkat elemen yang saling
berhubungan satu sama lain. Adapun sistem pembelajaran adalah suatu sistem
karena merupakan perpaduan berbagai elemen yang berhubungan satu sama lain.
Tujuannya agar siswa belajar dan berhasil, yaitu bertambah pengetahuan dan
keterampilan serta memiliki sikap benar. Dari sistem pembelajaran inilah akan
menghasilkan sejumlah siswa dan lulusan yang telah meningkat pengetahuan dan
keterampilannya dan berubah sikapnya menjadi lebih baik.[9]
Adapun proses inti sistem pembelajaran FDS antara lain:
1) Proses
pembelajaran yang berlangsung secara aktif, kreatif, tranformatif sekaligus
intensif. System persekolahan dan pola full day school mengindikasikan proses
pembelajaran yang aktif dalam artian mengoptimalisasikan seluruh potensi untuk
mencapai tujuan pembelajaran secara optimal baik dalam pemanfaatan sarana dan
prasarana di lembaga dan mewujudkan proses pembelajaran yang kondusif demi
pengembangan potensi siswa yang seimbang.
2) Proses
pembelajaran yang dilakukan selama aktif sehari penuh tidak memforsir siswa
pada pengkajian, penelaahan yang terlalu menjenuhkan. Akan tetapi, yang
difokuskan adalah system relaksasinya yang santai dan lepas dari jadwal yang
membosankan.[10]
Dari uraian
diatas tadi, bahwa konsep pengembangan dan inovasi dalam full day school adalah untuk meningkatkan mutu
pendidikan karena mutu pendidikan di Indonesia sekarang ini dipertanyakan. Maka
berbagai cara dan metode dikembangkan. Penerapan full day school ini mengembangkan kreativitas yang
mencakup tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik secara seimbang,
yang diwujudkan dalam program-programnya yang dikemas sebagaimana berikut:
1) Pada
jam sekolah, sesuai dengan alokasi waktu dalam standar nasional tetap di
lakukan pemberian materi pelajaran sesuai kurikulum standar Nasional.
2) Di
luar jam sekolah (sebelum jam tujuh dan setelah jam 12) dilakukan kegiatan
seperti pengayaan materi pelajaran umum, penambahan kegiatan yang bersifat
pengembangan diri seperti music, dan keagamaan seperti praktek ibadah dan
sholat berjema’ah. Namun siswa tetap diberi kesempatan untuk istirahat siang
sebagaimana dilakukan di rumah. Pola hubungan antara guru dan siswa (vertical)
dan guru dengan guru (horizontal) dilandasi dengan bangunan akhlak yang
diciptakan dan dalam konteks pendidikan serta suasana kekeluargaan.
Dalam sistem
ini, diterapkan juga format gama (bermain), dengan tujuan agar proses belajar
mengajar penuh dengan kegembiraan, penuh dengan permainan-permainan yang
menarik bagi siswa untuk belajar. Walaupun berlangsung selama sehari penuh, hal
ini sesuai dengan teori Bloom dan Yacom, yang menyatakan bahwa metode game
(bermain) dalam pembelajaran salah satunya adalah dengan menggunakan
kegembiraan dalam mengajarkan dan mendorong tercapainya tujuan-tujuan
instruksional. Hal senada juga disampaikan oleh Meier, bahwa permainan belajar
jika dimanfaatkan dengan bijaksana dapat menyingkirkan keseriusan yang
menghambat dan menghilangkan stres dalam lingkungan belajar.[11]
Semua teknik bukanlah tujuan, melainkan sekedar rencana untuk mencapai tujuan,
yaitu meningkatkan kualitas/mutu pembelajaran dan mutu pendidikan.
E.
Faktor
Penunjang
Setiap sekolah
mempunyai tujuan yang ingin dicapai, tentunya ditingkat kelembagaan. Untuk
menuju ke arah tersebut, diperlukan berbagai kelengkapan dalam berbagai bentuk
jenisnya. Salah satunya adalah sistem yang akan digunakan di dalam sebuah
lembaga. Apabila sudah memilih sistem dengan baik, maka semuanya dapat
diberdayakan menurut fungsi masing-masing kelengkapan sekolah.[12]
Diantara faktor-faktor pendukung itu adalah:
1. Kurikulum
Kurikulum suatu
alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Kesuksesan suatu pendidikan dapat
dilihat dari kurikulum yang digunakan oleh sekolah. Dengan demikian, kurikulum
sangat mendukung untuk meningkatkan mutu pendidikan. Dan kurikulum merupakan
tolak ukur dalam kegiatan belajar mengajar disekolah.[13]
2. Manajemen
Manajemen sangat
penting dalam suatu organisasi. Tanpa menejemen yang baik, maka sesuatu yang
akan kita gapai tidak akan pernah tercapai dengan baik karena kelembagaan akan
berjalan dengan baik, jika dikelola dengan baik. Dengan adanya manajemen yang
efektif dan efesien, maka sangat menunjang dalam mengembangkan lembaga
pendidikan.
3. Sarana
dan Prasarana
Sarana prasarana
akan mempengaruhi anak didik dalam belajar, karena dengan adanya saran
prasarana di sekolah maka masalah yang dihadapi anak didik dalam belajar
relatif sedikit dan hasil belajar anak didik akan lebih baik.
4. SDM
(Sumber Daya Manusia)
Tugas terpenting
dari seorang manajer adalah menyeleksi dan mengembangkan diri melatih SDM. Dalam penerapan full day school, guru dituntut untuk selalu memperkaya
pengetahuan dan keterampilan serta harus memperkaya diri dengan metode-metode
pembelajaran yang sekiranya tidak membuat siswa bosan. Agar pencapaian mutu
pendidikan tercapai, maka siswa harus dididik secara komprehensif, misalnya
mendidik anak dengan memberikan arahan dan motivasi pencapaian tujuan, baik
jangka pendek maupun jangka panjang, dan memberikan fasilitasnya melalui
pengalaman belajar yang memadai, serta membantu perkembangan aspek-aspek
pribadi seperti sikap, nilai-nilai, dan penyesuaian diri.
Di samping itu,
keberadaan pegawai juga menjadi hal penting. Dalam lembaga pendidikan, tenaga
kerja atau pegawai dapat dibagi menjadi dua, yaitu[14]
(a) tenaga teknis sipil (tenaga profesional atau tenaga edukatif), yakni
personal pelaksanaan belajar mengajar. (b) tenaga adminstratif atau tenaga non
edukatif, yakni personal yang tidak langsung bertujuan mewujudkan proses
belajar mengajar, antara lain melalui pegawai tata usaha, pegawai laboratorium,
keuangan dll.
F.
Faktor
Penghambat
Adanya faktor
pendukung, juga diiringindengan faktor penghambat. Faktor penghambat ini
menjadi hal niscaya dalam proses pendidikan. Banyak faktor penghambat dalam
penerapan full day school, yaitu:
1. Sarana
dan prasanana
Sarana dan
prasarana merupakan bagian dari pendidikan yang sangat vital guna menunjang
keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, perlu adanya pengelohan pendidikan
yang baik, sebagaimana dikatakan bahwa sekolah dapat berhasil apabila
pengelolaan sarana dan prasarananya juga baik. Dengan keterbatasan sarana dan
prasarana, maka akan menghambat kemajuan sekolah tersebut.
2. Pegawai/tenaga
teknis dan dana
Tenaga gurulah
yang sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan proses belajar mengajar.
Karena pada dasarnya fungsi guru adalah merealisasikan cita-cita umat Islam
agar anak didiknya menjadi manusia yang beriman dan berilmu pengetahuan, dalam
rangka meraih hidup sejahtera dunia dan kebahagiaan hidup di akhirat. Maka,
untuk mencapai tujuan itu, diperlukan sikap profesionalisme guru dalam
mengajar.
Sebenarnya guru
menghadapi dua masalah sebagai berikut. Pertama, berkaitan dalam faktor dari
dalam diri guru, meliputi pengetahuan, keterampilan disiplin, upaya pribadi,
dan kerukunan kerja. Kedua, berkaitan dengan pekerjaan, meliputi manajemen dan
cara kerja yang baik, penghematan biaya, dan ketepatan waktu.
Dapat disimpulkan
bahwa faktor dalam diri guru dan pekerjaan guru dapat menjadi hambatan bagi
pengembangan sekolah. Dengan demikian, kepala sekolah, sebagai pemegang kebijakan
tertinggi, bersama-sama dengan komite lain berusaha untuk meningkatkan
profesionalisme guru. Dari dalam guru, diperlukan adanya seminar,
pelatihan-pelatihan (workshop). Sedangkan,
yang berkaitan dengan pekerjaan, pihak sekolah perlu melengkapi sarana dan
prasaranadalam menunjang proses belajar mengajar, tunjangan gaji, uang
transport dll.
G.
Pengembangan
Pendidikan Islam lewat Full Day School
System pendidikannya,
dan pelaksanaannya di full day school, merupakan salah satu bentuk manifestasi
respon dunia pendidikan (akademik) terhadap pendidikan Islam, sekaligus
penerapan pendidikan Islam itu sendiri. Lahirnya full day school di Indonesia tidak hanya berkiblat
kepada latar belakang historis, akan tetapi ia berkembang sejalan dengan
perkembangan budaya, sosial ekonomi dan pola pikir masyarakat.
Dari sisi
budaya, Indonesia telah mengalami asimilasi budaya, bahkan penetrasi budaya
luar yang tidak hanya positif tetapi juga negatif jika tidak diimbangi dengan
pengetahuan dan pendidikan yang baik. Sedangkan dari segi sosial ekonomi,
secara ekonomi distribusi masyarakat yang berada di atas rata-rata ataupun di
bawah rata-rata menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat perkotaan berada dalam
kelas menengah ke atas, sedangkan masyarakat pedesaan mayoritas memiliki
penghasilan ekonomi di bawah standar atau pada kelas menengah ke bawah. Hal ini
juga disebabkan faktor lapangan kerja yang tersedia dan menjanjikan lebih
banyak di perkotaan. Hal ini memancing proses urbanisasi yang tak terkendali.
Dan ketika mereka telah mencapai kesuksesan maka enggan untuk kembali ke desa.
Kondisi inilah yang turut mendorong full
day school dan pendidikan terpadu banyak berkembang di perkotaan. Mobilitas
orang tua sebagai implikasi dari semangat meningkatkan taraf hidup, turut
menjadi faktor penting, sementara mereka tidak punya cukup waktu untuk mendidik
anaknya di rumah.
Dari segi pola
pikir, masyarakat sudah banyak menganut pola pikir pragmatis dan praktis. Para orang tua berfikir bahwa dengan uang,
kualitas pendidikan bisa di beli. Dengan uang, mereka tidak harus mencurahkan
waktu, tenaga dan pikirannya sendiri untuk mendidik anak-anak mereka, karena di
luar banyak tersedia lembaga-lembaga pendidikan yang siap menjawab kebutuhan
masyarakat, mengambil alih tanggung jawab orang tua meskipun dengan biaya yang
relatif tinggi.
Implikasi-implikasi
apapun yang muncul dari adanya full day school, telah memberikan kontribusi
yang tidak kecil artinya bagi masyarakat dan pemerintah, baik secara
instistusional maupun instruksional. Secara instruksional, full day school
telah memberikan kontribusi sebagaimana berikut:
1. Bagi
pemerintah
a) Full
day school menambah deretan lembaga pendidikan yang ikut serta mencetak manusia
yang siap pakai yang memiliki keseimbangan pada aspek kognitif, afektif dan
psiko motorik, sehingga memungkinkan untuk mengaktualisasikan dirinya dalam
masyarakat secara optimal. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional.
b) Full
day scholl mewakili lembaga pendidikan umum dan lembaga pendidikan agama
sekaligus karena di dalamnya menerapkan system pendidikan yang memadukan ilmu
agama dengan umum.
2. Bagi
Masyarakat
a) Full
day school menjadi lembaga pendidikan alternatif yang membantu mengatasi
kegelisahan para orangtua yang sibuk bekerja sehingga tanggung jawab pendidikan
bisa dilimpahkan kepada lembaga selama sehari penuh tanpa perlu merasa khawatir
akan pergaulan anaknya yang salah.
b) Dengan
fasilitas pendidikannya mampu meningkatkan animo masyarakat karena lebih optimis terhadap pendidikan anaknya.
Adapun
kontribusi full day school dari sisi instruksional, antara lain sebagai berikut:
1. Sistem
pendidikan pada Full day school mengarah pada terbentuknya keseimbangan pada
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Intensifikasi pembelajaran kurikulum
inti dan penambahan materi-materi lain yang berupa pengembangan diri dan
pengayaan, juga materi-materi keagamaan, membantu penguatan kognitif dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa serta mengembangkan bakat anak. Oleh karena
itu sebaiknya pengelola mengidentifikasi bakat dan minat anak untuk menyusun
kurikulum. Interaksi yang dilakukan antar siswa yang satu dengan yang lain,
atau antara siswa dengan guru dalam konteks pendidikan dapat menumbuhkan sikap
sosial yang baik. Ini merupakan salah satu pengembangan aspek afektif,
disamping membentuk kemandirian sikap dan berfikir, karena selama sehari ia
lepas dari pendampingan orang tua. Aspek afektif ini pada akhirnya akan
termanifestasi dalam prilaku atau psikomotorik.
2. Sistem
pembelajaran yang diterapkan pada full day school telah membentuk keseimbangan "Intelectual
Question, Emotional Question dan Spiritual Question” yang dapat
mendorong pada terbentuknya insan kamil.
3. Kebutuhan
orang tua akan segi religiusitas anak juga dapat teratasi, karena di dalamnya
ada materi-materi agama yang tidak hanya sebatas teori tetapi juga aplikasinya.
H.
Kesimpulan
Dari pembahasan
tentang system pendidikan full day school di atas dapat diperoleh beberapa
kesimpulan, yaitu:
1.
Full day
school mengandung
arti system pendidikan yang menerapkan pembelajaran
atau kegiatan belajar mengajar sehari penuh dengan
memadukan system pengajaran yang intensif yakni dengan menambah jam pelajaran untuk pendalaman materi pelajaran
serta pengembangan diri dan kreatifitas.
2.
Pelaksanaan system pendidikan full day school mengarah pada beberapa tujuan ,antara lain:
a)
Untuk memberikan pengayaan dan
pendalaman materi pelajaran yang telah
ditetapkan oleh diknas sesuai jenjang pendidikan
b)
Memberikan pengayaan pengalaman melalui
pembiasaan-pembiasaan hidup yang baik untuk kemudian
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
c)
Melakukan pembinaan kejiwaan, mental dan
moral peserta didik disamping mengasah
otak agar terjadi keseimbangan antara kebutuhan jasmani
dan rohani sehingga terbentuk kepribadian yang utuh.
d)
Pembinaan spiritual Intelegence peserta
didik melalui penambahan materi-materi
agama dan kegiatan keagamaan sebagai dasar dalam
bersikap dan berperilaku.
3. Full Day School (FDS)
menerapkan suatu konsep dasar
“Integrated-Activity” dan “Integrated-Curriculum” dan berorientasi pada
prestasi belajar siswa yang mencakup 3 ranah, kogitif, afektif dan
psikomotorik.
4. Proses
sistem pembelajaran fullday school berlangsung secara aktif, kreatif,
tranformatif sekaligus intensif, namun dikemas dengan system yang relaks dengan
jadwal yang tidak membosankan.
5. Adapun faktor yang menghambat dalam dalam
penerapan full day school, antara
lain: 1) Sarana dan prasarananya, 2) Pegawai/tenaga teknis dan
dananya.
I.
Saran
Kemajuan suatu bangsa cukup bisa dilihat sejauh mana
kemajuan pendidikan yang ada didalamnya. Sekolah full day school merupakan
salah satu trobosan dalam dunia pendidikan yang cukup marak pada tahun ini.
Dengan program sekolah full day diharapkan dunia pendidikan di Indonesia bisa
semakin baik.
Namun yang masih menjadi permasalahan saat ini adalah bahwa
pendidikan seperti itu hanya mampu di nikmati oleh siswa yang memang dalam
kondisi ekonomi yang baik, karena rata-rata sekolah yang berlebel seperti
demikian pasti juga menentukan biaya pendidikan yang cukup mahal. Sehingga
peran pemerintah sebagai tonggak utama menjadi sangat dibutuhkan untuk mampu
memberikan pendidikan yang terbaik bagi warga negaranya. Sehinga pendidikan
yang baik dapat dinikmati oleh semua kalangan tingkat ekonomi.
Pastinya sistem pedidikan tersebut merupakan program yang
ideal yang seharusnya dijalankan oleh pemerintah dalam meningkatakan pendidikan
di nergara Indonesia. Sehingga jika pendidikan dapat ditingkatkan secara
signifikan, maka masalah-masalah Negara yang belum terpecahkan, yang muaranya
sebenarnya adalah dari masalah pendidikan, maka baik masalah ekonomi dan sosial
secara berkala akan terselesaiakn dengan sendirinya.
J.
Daftara
Pustaka
Baharuddin, “Pendidikan dan Psikologi Perkembangan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2009.
Basuki, Salim, “Full Day School Harus Proposional Sesuai
dengan Jenis dan Jenjang Sekolah”. Dalam http://SMKN
I lmj.Sch.Id/?. Diakses pada 06 April 2008.
Dimyati dan Mudjiono, “Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Rineka Cipta, 2009.
Dradjat, Zakiah,
“Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental.
Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1982.
Hafiduddin Didin, “Manajemen Syari’ah dalam Praktik. Jakarta:
Gema Insani, 2003.
Hasan, Noer, “Fullday
School (Model alternatif pembelajaran bahasa Asing). Jurnal Pendidikan Tadris. Vol 11, 2006.
Miarso,
Yudihadi, dkk, “Teknologi Komunikasi Pendidikan. Jakarta: CV. Rajawali,
1986.
Muhaimin, “Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.
Nawawi, Hadari, “Administrasi Pendidikan. Jakarta: Gunugn
Agung, 1985.
Sismanto, “Awal
Munculnya Sekolah Unggulan”, Artikel (21 Mei 2007).
Salim, Peter, “Advance English-Indonesia Dictonary. Jakarta: Modern English Press,
1988.
Syah, Muhibbin, “Psikologi
Pendidikan dengan Pendekatan Terpadu. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.
[1] Salim Basuki. Full Day School Harus Proposional Sesuai
dengan Jenis dan Jenjang Sekolah. Dalam http://SMKN
I lmj.Sch.Id/?. Diakses pada 06 April 2008.
[2] Sismanto, “Awal Munculnya
Sekolah Unggulan”, Artikel (21
Mei 2007).
[3] Peter Salim, Advance English-Indonesia Dictonary (Jakarta:
Modern English Press, 1988), 340.
[4] Zakiah Dradjat, Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental (Jakarta:
PT. Bulan Bintang, 1982), 25.
[5] Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004),
168-170.
[6] Baharuddin, Pendidikan dan Psikologi Perkembangan (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2009), 230.
[7] Ibid., 231.
[8] Muhibbin Syah, Psikologi
Pendidikan dengan Pendekatan Terpadu (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004),
154-156.
[9] Yudihadi Miarso, dkk, Teknologi
Komunikasi Pendidikan (Jakarta: CV. Rajawali, 1986), 33-34.
[10] Noer Hasan, Full Day School
(Model alternatif pembelajaran bahasa Asing) (Jurnal Pendidikan Tadris. Vol 11, 2006), 110-111.
[11] Baharuddin, Pendidikan dan Psikologi Perkembangan (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2009), 239.
[12] Didin Hafiduddin, Manajemen Syari’ah dalam Praktik (Jakarta:
Gema Insani, 2003), 4.
[13] Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta:
Rineka Cipta, 2009), 264.
[14] Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan (Jakarta: Gunugn
Agung, 1985), 65.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar