Selasa, 14 Oktober 2014

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN (Perkembangan Manusia)

PERKEMBANGAN MANUSIA

A.      Prinsip-prinsip Perkembangan
1.       Batasan Perkembangan
Menurut Baltes (1988), psikologi perkembangan berkaitan dengan perubahan-perubahan perilaku dalam diri seseorang sepanjang  rentang kehidupannya, serta kebaikan dengan perbedaan dan kemiripan di antara orang-orang dalam sifat perubahan tersebut. Kita ambil saja contohnya perkembangan bicara pada anak. Kemampuan bicara bukanlah sesuatu yang mucul secara tiba-tiba. Kemampuan ini diperoleh melalui perkembangan yang bertahap, mulai dari membuat bunyi-bunyi suara, misalnya “ooo….uuu”; berceloteh, misalnya “cacaca….tatata”; berbicara dengan satu kata, misalnya “mama….papa” hingga berbicara dengan dua sampai banyak kata.
Psikologi perkembangan tidak hanya bertujuan untuk menggambarkan perubahan-perubahan yang terjadi di dakam diri individu dan perbedaan-perbedaan antarindividu, tetapi juga bertujuan untuk menjelaskan bagaimana hal itu dapat terjadi menemukan cara untuk memodifikasi perilaku dengan cara yang optimal. Kembali pada contoh berbicara, kita tidak hanya menggambarkan bagaimana perkembangan bicara anak dapat berbeda dengan yang lain, tetapi juga menjelaskan mengapa anak yang satu lebih cepat kemampuan bicaranya daripada anak yang lain. Kemudian mencari cara untuk mengatasi keterlambatannya dengan segera, misalnya mengikuti terapi bicara.
2.       Prinsip-prinsip Perkembangan
a)      Development is Lifelong: proses perubahan sepanjang hidup dalam kemampuan seseorang untuk beradaptasi terhadap situasi-situasi yang dihadapinya. Contohnya, pada waktu bayi, seseorang akan mengkomunikasikan kebutuhannya akan makan dengan cara menangis. Ketika anak suda bisa berbicara, ia akan mengkomunikasikan melalui kata-kata.
b)      Development Involves Both Gain and Loss: Perkembangan berlangsung dalam banyak dimensi. Maksudnya, perkembangan terjadi pada dimensi biologis, psikologis, dan sosial, bahkan beberapa dimensi dapat saling berinteraksi dan mungkin berkembang dalam derajat yang bervariasi, misalnya anak yang bertubuh atletis mungkin akan meras bangga, percaya diri, dan populer di antara teman-temannya.
c)       Relative Influences of Biology and Culture Shift Over the Life Span: Proses perkembangan dipengaruhi oleh faktor biologis dan budaya. Keseimbangan di antara tersebut berubah sepanjang waktu. Pengaruh biologis, seperti otot dan tulang yang belum matang, mungkin menghambat seorang bayi untuk bisa mandiri. Namun budaya yang ada, seperti tuntutan pengasuhan dari orangtua untuk anak yang masih kecil, membuat bayi tersebut tetap dapat melangsungkan kehidupannya.
d)      Development Involes a Changing Allocation of Resources: Tidak ada seorang pun manusia super dapat melakukan semua hal. Individu masih memilih untuk mengalokasikan sumber-sumber yang ada, seperti waktu, energi, uang, dan dukungan sosial dalam cara yang beragam.
·         Sumber-sumber tersebut mungkin digunakan untuk pertumbuhan. Contohnya, seseorang mungkin menggunakan waktu dan uang yang dimilikinya untuk belajar komputer.
·         Sumber tersebut digunakan untuk memelihara/memperbaiki diri. Contohnya, seseorang yang belajar bermain piano supaya bakat musiknya tidak hilang/seseorang menggunakan waktunya untuk mengikuti kursus bahasa Prancis.
·         Sumber-sumber tersebut dipakai untuk menghadapi penurunan/kehilangan dari sumber-sumber yang lain apabila pemeliharaan dan perbaikan tidak lagi dimungkinkan. Contohnya, ketika seseorang merasa tidak lagi semampu masa-masa sebelumnya, baik secara fisik maupun finansial, dukungan sosial dari orang-orang di sekitarnya mungkin menjadi sesuatu yang diperlukan.
e)      Development is Modifiable: Sepanjang hidup, perkemabangan menunjukkan fleksibelitas. Anak-anak yang sebelumnya mengalami kesulitan untuk membaca dan menulis, dapat dilatih dengan mengikuti program remidial. Kemampuan daya ingat, kekuatan, dan daya tahan, secara signifikan dapat ditingkatkan melalui latihan dan praktik.
f)       Development is Influenced by the Historical and Cultural Context: Setiap orang berkembang dalam banyak konteks, seperti konteks keluarga, sekolah, dan budaya. Konteks tersebut akan berpengaruh pada kehidupan seorang anak. Contohnya, anak yang diasuh dalam keluarga yang demokratis mungkin akan berkembang menajadi anak yang penuh inisiatif di lingkungan teman-temannya. Sejarah masa lalu juga akan mempengaruhi perkembangan seorang anak. Anak yang punya pengalaman dianiaya pada masa kecilnya mungkin akan berkembang menjadi pribadi yang tidak mudah percaya kepada orang lain setelah ia tumbuh dewasa.



3.       Periode Rentang Kehidupan
Konsep pembagian rentang kehidupan ke dalam sejumlah periode merupakan sebuah konstruksi sosial, artinya pembagian tersebut merupakan sebuah konstruksi sosial, artinya pembagian tersebut merupakan sebuah gagasan yang secara luas diterima oleh anggota masyarakat bahwa terdapat sejumlah karakteristik yang khas pada waktu tertentu dilihat dari oerseosi dan asumsi subjektif. Dalam kenyataannya, sehari-hari mengalir terus dari tahun ke tahun tanpa ada perbedaan, kecuali kesan perbedaan yang dibuat oleh seseorang. Jika ditelaah lebih lanjut, tidak akan ada waktu yang dapat didefinisikan secara objektif tentang kapan seorang anak menjadi orang dewasa/orang dewasa menjadi tua.
Pasa masa lalu, anak sering dipandang dan diperlakukan seperti orang dewasa mini. Sekarang pun dalam banyak negara berkembang, anak-anak sering bekerja berdampingan dengan orang yang lebih tua. Mereka bahkan melakukan jenis pekerjaan yang sama untuk lama jam kerja yang sama pula.

B.      Isu dan Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
1.       Herediter, lingkungan, dan Kematangan
Pertama-tama yang mempengaruhi perkembangan seorang anak adalah faktor herediter/keturunan. Selanjutnya, pengaruh yang lain datang secara luas dari lingkungan dalam (inner) dan lingkungan luar (outer), yaitu dunia di luar diri seseorang mulai dalam rahim hingga pembelajaran yang berasal dari pengalaman.
Perbedaan individual meningkat sejalan dengan pertambahan usia. Banyak perubahan yang khas pada bayi dan anak-anak awal yang tampak terikat pada kematangan tubuh dan otak, seperti urutan moraldari perubahan fisik dan pola-pola perilaku, termasuk di dalamnya kesiapan untuk menguasai kemampuan baru seperti berjalan dan berbicara. Sejalan anak tumbuh menjadi remaja dan dewasa, perbedaan dalam karakteristik bawaan dan pengalaman hidup memainkan peran yang lebih besar.
2.       Pengaruh Kontekstual Umum
·         Kekuarga
Ada 2 bentuk keluarga yang umum ditentukan. Keluarga inti: dapat diartikan sebagai unit rumah tangga, ekonomi, dan hubungan dua generasi yang terdiri dari satu atau dua orang dengan anak biologis, anak adopsi, atau anak tiri (dominan dalam masyarakat). Keluarga besar: merupakan jaringan hubungan multigenerasi yang terdiri dari kakek-nenek, paman-bibi, sepupu, dan saudara-saudara yang lebih jauh hubungannya (pola tradisonal dari organisasi masyarakat).
·         Status sosial-ekonomi dan lingkungan tempat tinggal
Status sosial-ekonomi berkaitan dengan beberapa faktor yang berhubungan, seperti faktor penghasilan, pendidikan, dan pekerjaan. Berbagai proses perkembanga, misalnya perbedaan dalam interaksi antara ibu dan anak – hasil perkembangan – misalnya, kesehatan dan kemampuan berpikir seorang anak – sering pula dihubungkan dengan status tersebut.
Secara umum, status sosial-ekonomi tidaklah mempengaruhi hasil perkembangan. Hasil perkembangan lebih dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berhubungan dengan status sosial-ekonomi, seperti jenis rumah dan lingkungan tempat orang tinggal, kualitas nutrisi dan kesehatam, pengawasan, sekolah, dan kesempatan-kesempatan lain yang tersedia untuk anak. Anak yang miskin contohnya, lebih mungkin daripada anak yang kaya untuk mempunyai masalah emosional dan tingkah laku serta memiliki kognitif performa sekolah yang lebih buruk.
Dampak yang dihasilkan oleh kemiskinan mungkin tidak bersifat langsung, tetapi diperoleh melalui pengaruhnya pada keadaan emosional orangtua, praktik pengasuhan, dan pada suasana rumah yang mereka ciptakan.
·         Budaya dan kelompok etnis
Budaya mengacu pada keseluruhan cara hidup dari masyarakat/kelompok meliputi adat, tradisi,. keyakinan, nilai, bahasa, dan produk-produk fisik dari alat hingga karya seni. Semua tingkah laku yang dipelajari diwariskan dari orangtua kepada anak. Bduaya secara konstan berubah. Perubahan ini sering terjadi karena adanya kontak dengan budaya lain. Contohnya budaya Eropa sampai ke tanah Asia.
Beberapa budaya memiliki subbudaya yang beragam, yang dihubungkan dengan kompok tertentu, biasanya kelompok etnik. Kelompok etnik terdiri dari orang-orang yang dipersatukan oleh keturunan/nenek moyang, agama, bahasa, dan oleh asal kebangsaan, yang memberi sumbangan pada perasaan berbagai identitas serta sebagai sikap, kepercayaan, dan nilai-nilai di antara mereka. Kebayakan kelompok etnik memiliki budaya universal yang berlanjut mempengaruhi cara hidup mereka.
Masyarakat di kota-kota besar umumnya terdiri dari berbagai kelompok etnik. Dalam masyarakat yang luas dan multietnik, kelompok pendatang akan beradaptasi dengan budaya yang dominan dalam masyarakat tersebut dengan cara belajar bahasa dan adat yang dibutuhkan dalam pergaulan. Di lain sisi, kelompom terpandang tetap berusaha untuk mempertahankan beberapa praktik dan nilai budaya memiliknya sendiri. Pola-pola budaya ini mungkin akan mempengaruhi komposisi dalam rumah tangga, sumber ekonomi dan sosial, cara anggota keluarga bertindak satu sama lain, makanan yang mereka makan, permainan yang anak mainkan, cara mereka belajar, dan sebarapa baik prestasi anak di sekolah.
·         Konteks historis
Konteks historis merupakan waktu ketika seseorang tumbuh meliputi bagaimana pengalaman tertentu mempengaruhi jalan hidup seseorang.
3.       Pengaruh Normatif dan Nonnormatif
Kejadian/pengaruh yang dialami dalam cara serupaoleh kebanyakan orang dalam kelompok disebut pengaruh normatif. Pengaruh normatif dibagi menjadi normatif berdasarkan usia dan normatif berdasarkan sejarah. Pengaruh normatif berdasarkan usia: penagruh yang umumnya dirasakan oleh orang-orang dalam kelompok umur tertentu. Pengaruh ini meliputi kejadian-kejadian biologis, seperti pubertas dan menopause, dan kejadian-kejadian sosial, seperti usia ketika pertama kali masuk sekolah formal, menikah, menjadi orangtua, dan pensiun.
Pengaruh normatif berdasarkan sejarah: pengaruh yang dipandang normal untuk kohort. Kohort merupakan kelompok orang-orang yang lahir di sekitar waktu yang sama. Kohort tergantung kapan dan di mana mereka tinggal. Seluruh generasi merasakan adanya pengaruh dari kemakmuran ekonomi, resesi, perang, kritis makanan, bencana alam, ledakan nuklir,  dan pengaruh perkembangan budaya dan teknologi, seperti perubahan peran wanita dan pengaruh televisi dan komputer.
Pengaruh nonformatif: kejadian-kejadian yang luar biasa yang mempunyai pengaruh besar pada kehidupan individu. Pengaruh ini meliputi kejadian umum yang terjadi pada waktu yang tidak umum, seperti menikah di usia belasan atau kematian orangtua ketika anak masih kecil, dan kejadian-kejadian yang tidak umum, seperti memiliki cacat lahir atau mengalami serangan terorisyang bertubi-tubi.
4.       Pengaruh Waktu: Periode Sensitif atau Kritis

Periode kritis: waktu tertentu ketika kejadian mencul/ketidakhadiran suatu kejadian mempunyai pengaruh khusus pada perkembangan seseorang. Contohnya, jika ibu hamil memakan obat-obatan/mengalami penyakit pada waktu kehamilan, bayinya mungkin akan menunjukkan dampak penyakit tertentu, tergantung pada sifat penyakit dan waktu terjadi. Contoh lain, seorang anak kurang mendapatkan pengalaman tertentu selama periode kritis dapat menunjukkan hambatan dalam perkembangannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar