LANGKAH-LANGKAH PEMBUATAN MAJALAH SEKOLAH
A.
Manfaat
Majalah Sekolah dan Majalah Dinding Sekolah
Majalah sekolah menjadi salah satu kebutuhan
penting bagi ruang lingkup sekolah. Apalagi, manfaat yang didapatkan dari
penerbitan majalah sekolah sangat banyak. Salah satunya sebagai penunjang
keterampilan dalam pengajaran bahasa Indonesia. Namun, masih banyak manfaat
lain yang bisa didapatkan, baik oleh para siswa maupun guru, khususnya guru
bahasa Indonesia.
Keterampilan proses bahasa Indonesia dapat
dilaksanakan melalui kegiatan majalah sekolah. Namun, selama ini pengelolaan
majalah sekolah hanya dipakai sebagai wadah ekstrakurikuler . Konsekuensinya,
kegiatan permajalahan di sekolah di kaitkan dengan tugas kurikuler dan
kokurkuler. Secara umum, pengelolaan majalah sekolah bermanfaat untuk menunjang
orientasi belajar-mengajar bahasa Indonesia berdasarkan pendekatan komunkatif.
Selain itu, majalah sekolah dapat dipakai sebagai salah satu media pengajaran
bahasa Indonesia, media yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih
menggunakan bahasa Indonesia secara pragmatis.
Majalah
sekolah memiliki manfaat penting bagi civitas sekolah, mulai siswa, guru,
hingga kepala sekolah. Salah satu manfaat yang paling menonjol dalam penerbitan
majalah sekolah adalah dapat menjadikan sarana ekspresi siswa serta aktivitas
produktif dan kreatif sanggar sastra atau ekstrakurikuler yang erat kaitannya
dengan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah.
Hal
itu sesuai dengan manfaat ekstrakurikuler jurnalistik yang diterapkan di
sekolah. Menurut Hery Nugroho (2006), ekstrakurikuler jurnalistik membawa empat
manfaat. Pertama,
menjadi media penyaluran bakat siswa dalam bidang penulisan. Kedua,
penyaluran minat dalam bidang yang sama. Ketiga,
membantu anak memahami dan mempraktikkan teori-teori dalam pelajaran bahasa. Keempat, melatih anak tampil lebih
berani dan kritis terhadap berbagai kondisi.
Dari keempat pendapatnya Hery Nugroho, dapat di
tarik kesimpulan, bahwa manfaat dalam penerbitan majalah sekolah adalah:
1. Media penyalur
potensi menulis.
Keterampilan menulis di kalangan pelajar
Indonesia belum bisa dikatakan menggembirakan. Sementara ada siswa yang
memiliki minat menulis namun terkendala oleh ketiadaan media untuk menampung
ide-ide mereka. Memang bisa saja para pelajar memanfaatkan media blog di
internet untuk menjadi ajang mengasah keterampilan menulis. Namun, di
daerah-daerah tertentu, keterbatasan akses internet tentu bisa menjadi suatu
hambatan. Setidaknya majalah sekolah majalah dinding bisa menjadi sarana untuk
menampung siswa dalam belajar menulis. Dengan demikian, potensi mereka bisa
terus diasah melalui sarana majalah sekolah.
2. Media
komunikasi.
Majalah sekolah bisa menjadi salah satu media
komunikasi antar elemen sekolah. Mulai siswa, guru, karyawan sekolah, hingga
kepala sekolah. Beragam informasi bisa mereka dapatkan di sana. Misalnya, dalam
majalah sekolah, guru menulis tentang pembelajaran fisika yang mudah dan
menyenangkan. Tentu saja tulisan ini akan membuang stigma di kalangan murid
bahwa fisika itu sulit. Dengan adanya artikel tersebut, diharapkan ada
interaksi antara siswa dan guru. Siswa bisa bertanya lebih lanjut tentang
hal-hal yang belum dikupas dalam artikel tersebut yang terkait dengan mata
pelajaran fisika. Di sisi lain, kepala sekolah juga bisa unjuk gigi. Misalnya,
menulis artikel yang memotivasi para siswa untuk giat belajar. Contohnya,
sukses itu hanya bisa dicapai dengan kerja keras dan tekun belajar. Dalam
artikel tersebut, misalnya, sang kepala sekolah memaparkan kisah inspiratif
dari penemu kelas dunia seperti Thomas Alva Edison, Albert Einstein, dan
lain-lain. Siswa sendiri juga bisa menuangkan gagasan-gagasannya. Misalnya, menulis
tentang guru favorit seperti apa yang mereka dambakan. Termasuk menyebutkan
kriteria seperti apa guru favorit itu.
3.
Media pembelajaran berbasis baca-tulis.
Pada saat pengajaran pokok
bahasan membaca, siswa dilatih untuk memahami bacaan-bacaan yang termuat di
majalah sekolah serta membedakan bacaan yang menarik dan yang tidak menarik.
Mereka juga bisa menyusun tanggapan secara tertulis tentang isi bacaan yang
tidak nalar, kemudian tanggapan itu dapat diterbitkan pada edisi majalah
berikutnya.
4.
Media belajar organisasi.
Dalam majalah sekolah,
tentu ada suatu redaksi yang menangani penerbitannya. Misalnya, ada pembina
umum yang biasanya dijabat oleh kepala sekolah. Kemudian ada pembimbing yang
biasanya diisi oleh guru ekstrakurikuler jurnalistik atau guru mapel bahasa
Indonesia. Selanjutnya, terdapat tim inti penerbitan majalah sekolah. Mereka
terdiri atas pemimpin redaksi (pemred), reporter, editor atau penyunting
kebahasaan, tenaga tata letak (lay outer), tenaga ilustrator dan grafis,
serta tim pemasaran dan distribusi. Secara tidak langsung, tim majalah sekolah
bisa mendapat pengalaman tentang mengelola dan menjalankan roda organisasi. Hal
ini juga bisa melatih siswa untuk terbiasa bekerja secara disiplin. Sebab,
majalah sekolah juga memiliki deadline untuk penerbitan.
5.
Penyemai demokrasi.
Tim majalah sekolah yang rata-rata beranggota
para siswa juga bisa mendapat manfaat tentang belajar demokratis. Sebelum
majalah sekolah terbit, tim redaksi tentu melaksanakan rapat redaksi untuk
menentukan tulisan dan rubrik apa saja yang akan dimuat pada edisi selanjutnya.
Dalam rapat tersebut, pasti muncul ide-ide baru dan para redaksi lain bisa
memberikan tanggapan, mana yang lebih baik demi kepentingan penerbitan majalah
sekolah. Seluruh ide yang masuk didiskusikan kembali di internal redaksi dengan
melibatkan guru pembimbing.
6.
Media promosi.
Sudah tentu majalah
sekolah merupakan alat promosi paling ampuh bagi suatu lembaga sekolah. Pihak
lain atau pembaca bisa mengetahui kelebihan apa saja yang dimiliki sekolah bersangkutan
dari majalah tersebut. Misalnya, prestasi yang diraih siswa, guru, ataupun
sekolah, kiprah sekolah di sosial kemasyarakatan, dan lain-lain. Juga pembaca
bisa tahu program apa yang sudah dijalankan oleh sekolah. Dengan begitu,
pembaca bisa menilai bagaimana kualitas sekolah yang bersangkutan.
Pada
dasarnya masyarakat membutuhkan berita. Termasuk civitas sekolah. Para siswa dan siswa pasti butuh
informasi yang terkait dengan dunia mereka. Karena itu, perlu media untuk
menyampaikan informasi tersebut. Produknya bisa berupa majalah sekolah, buletin
sekolah, ataupun majalah dinding (mading). Jadi media itu menjadi penyampai
informasi atau berita yang dibutuhkan para siswa. Manfaat lainnya, majalah
sekolah bisa menjadi ajang untuk belajar bagi para redaksinya. Tentu saja untuk
mengembangkan kreativitas mereka. Dengan menjadi kru redaksi, para murid bisa
belajar menjadi seorang wartawan atau penyampai berita yang baik. Sebab,
semuanya dikerjakan oleh mereka sendiri. Mereka dapat mengekspresikan gagasan
dan perasaan yang dituangkan dalam tulisan atau berita pada majalah sekolah
tersebut.
Di
sisi lain, media sekolah itu bisa mengemas informasi pendidikan yang bermanfaat
bagi para siswa dengan bahasa yang mudah mereka pahami. Informasi pendidikan
tersebut juga bisa didapat lewat media internet, kliping berita surat kabar
ataupun majalah, dan lain-lain. Manfaat lainnya adalah entertainment (hiburan). Seperti diketahui, para
pelajar tentu akan senang jika majalah sekolahnya bisa mengerti mereka.
Misalnya, mengemas informasi tentang bidang fisika yang dilengkapi dengan
ilustrasi atau gambar serta desain yang menarik. Dengan begitu, majalah sekolah
tidak membosankan dan diharapkan meningkatkan minat belajar siswa dengan cara
yang kreatif.
B.
Langkah-langkah Pembuatan Majalah Sekolah
1.
Latar belakang
pembuatan
Hal pertama dalam membuat buletin
atau majalah sekolah adalah menentukan latar belakang atau alasan pembuatan.
Untuk mendeskripsikan latar belakang pembuatan BMS kita harus menjawab
pertanyaan, “Kenapa hendak membuat BMS. Apa Alasannya?”. Deskripsikan
pertanyaan tersebut dengan maksud dan tujuan pembuatan bulettin atau majalah
sekolah.
2.
Sumberdaya
manusia
Sumberdaya Manusia perlu
diperhitungkan karena SDM lah yang nantinya akan mengurus BMS dan menetukan
eksistensinya di jagat jurnalistik sekolah. Bisa dicari dengan audisi atau
penunjukkan siapa saja yang berkompeten dalam bidang jurnalistik. Jika memang ada
ekskul jurnalistik, maka kita bisa memberdayakannya. SDM yang dibutuhkan akan
menempati posisi-posisi tertentu. Posisi-posisi tersebut dikenal dengan istilah
stuktur perencananan stuktur staf redaksi. Adapun susunan struktur
dalam suatu redaksi majalah adalah
a)
Pemimpin umum atau pelindung, yakni
yang melindungi majalah sekolah kita. Biasanya ditempati oleh kepala sekolah atau
wakil kepala sekolah bidang kesiswaan.
b)
Penasihat, yakni yang
membimbing dalam pembuatan majalah sekolah kita. Biasanya untuk bagian
penasihat di duduki oleh beberapa gurun yang ada di sekolah kita.
c)
Pembina, yakni yang
membimbing dan dan yang mengarahkan dalam pembuatan majalah sekolah. Biasanya
posisi ini di duduki oleh guru mata pelajaran Bahasa Indonesia atau guru yang
memiliki kemampuan dalam bidang jurnalistik.
d)
Pemimpin redaksi, yakni
orang yang sangat berperan dalam pembuatan majalah sekolah, atau bisa disebut
ketua dari stuktur staf redaksi. Adapun salah satu kriteria seorang pemimpin
redaksi adalah
-
Memiliki kemampuan tentang jurnalistik dan
kepemimpinan
-
Bertanggungjawab terhadap aktivitas keredaksian
-
Melakukan pengawasan terhadap seluruh isi atau
rubric
-
Mengkoordinasi seluruh staf
-
Konsolidasi dengan pembina
e)
Sekretaris. Ditempati oleh seseorang (anggota
atau kader sekolah) yang berkapasitas dalam bidang kesekretariatan. Seperti
surat-menyurat, dan lain-lain.
f)
Bendahara, yakni yang
mengurusi bagian peruangan di majalah sekolah kita.
Diposisikan
untuk kader yang memiliki kemampuan mengelola keuangan.
g)
Dewan redaksi. Masyarakat banyak mengartikan
dewan redaksi sebagai dengan staf redaksi atau wartawan pencari berita. Karena
tugasnya mengurus semua naskah atau artikel yang akan dipublikasikan.
Seperti ilustrator/seting/layout, yakni yang mengurus desain majalah yang akan
kita buat. Dari mulai cover sampai isinya. Seorang dewan redaksi memiliki
keahlian khusus dan mempunyai kriteria khusus, misalnya;
-
Memiliki kemampuan korespondensi
atau tulis-menulis sehingga mampu menuangkan ide ke dalam tulisan dengan bahasa
yang baik dan benar
-
Bertanggungjawab
menyediakan naskah yang akan dimuat
-
Peka terhadap situasi dan
kondisi up to date
-
Reporter dan Designer termasuk
ke dalam dewan redaksi
h)
Distributor, yakni yang
mengurusi pendistribusian atau penjualan majalah yang telah kita buat. Tugasnya adalah mendistribusikan BMS yang sudah
dicetak.
i)
Additional crew atau kru tambahan bisa
diposisikan di BMS (jika hal ini dipandang penting). Yang termasuk AC misalnya;
-
Bagian iklan, yakni
yang mengurusi bagian perikalanan.
-
Bagian marketing, yakni orang yang mengurusi proses
penjualan majalah.
-
Bagian promosi, yakni
bagian yang mempromosikan majalah sekolah yang telah kita buat.
3.
Membuat nama majalah atau slogan, yaitu
merencanakan nama majalah yang akan kita buat. Diusahakan untuk pembuatan nama
itu semenarik mungkin. Nama dan slogan
ini lebih baik berkaitan dengan latar belakang yang dibuat. Misalnya:
-
Latar belakang :
Ingin memajukan dan mengembangkan diri para anggota
dan kader organisasi sekolah.
-
Nama :
Let’s Go
-
Slogan : Provokator kemajuan dan
pengembangan diri.
Ketiga
langkah tersebut, merupakan langkah awal dalam pembuatan majalah sekolah. Dan
ketiga langkah tersebut dikatergorikan sebagai “tahap persiapan”. Didalam tahap
persiapan ini yakni pembuatan proposal. Dalam pembuatan proposal baiknya
dibahas oleh semua staf redaksi majalah yang telah kita buat dengan
didampingi oleh Pembina. Mulai dari nama majalah, visi-misi, rencana pembuatan majalah,
sampai dana yang akan kita keluarkan untuk pembuatan majalah kita.
Setelah
membuat nama majalah dan slogannya, maka langkah selanjutnya adalah pembuatan
isi majalah.
4.
Rubrikasi.
Setelah membuat nama dan slogan,
mulailah memikirkan rubrik apa yang akan dimuat dalam majalah. Rubrik-rubrik
yang disajikan akan menentukan apakah BMS marketable atau tidak. Pada ujungnya
kualitas rubrik yang baik akan membuat pembaca betah, karena banyak ide dan
gagasan pengembangan diri yang dimuat. Untuk pembuatan rublik ini dibahas oleh semua
stuktur staf redaksi dan Pembina dan
disetujui oleh bagian penasihat dan pelindung. adapun contoh rubrikasi:
-
Dalam bulettin BARU (Bacaan Religius Untukmu) yang didirikan oleh
Forum Komunikasi Remaja Muslim (FKRM) Tasikmalaya disajikan rubrik-rubrik
sebagai berikut:
a)
Muqaddimah (semacam salam
pembuka dari redaksi).
b)
Maidah Ula (“Maidah”
artinya hidangan, “Ula” artinya utama. Maksudnya semacam kajian utama sebagai
penjabaran dari tema yang ditentukan).
c)
Pena BARU (rubrik khusus
yang diperuntukkan bagi kru BARU mengenai ide atau pengalaman dalam pemajuan
dan pengembangan diri).
d)
Atadaru? (diambil dari
bahasa Arab yang berarti “Tahukah Kamu?”, rubrik untuk menampilkan
informasi-informasi penting seputar peradaban).
e)
Istinshah (diambil dari
bahasa Arab yang berarti “Meminta Nasehat”, identik dengan rubruk konsultasi).
5.
Membuat logo majalah
buatlah logo untuk majalah semenarik
mungkin karena jika suatu saat majalah sekolah tersebut ber-partner dalam suatu
event maka logo majalah tersebut akan dimuat di spanduk atau background event
tersebut tapi jika memang sudah ada kesepakatan untuk itu.
6.
Modal produksi
Inilah salah satu penyokong terbit atau
tidaknya suatu majalah sekolah. Oleh karena itu perlu dipikirkan darimana
pendapatan atau modal untuk produksi bulettin atau majalah sekolah. Ada empat
opsi yang dapat perjuangkan, yaitu (1) Subsidi dari sekolah, (2) Iuran
Anggota, (3) Donatur, dan atau (4) Iklan.
7.
Distribusi, yakni orang yang mengursi penjualan
majalah sekolah yang telah diterbitkan Jadi sebelum majalah sekolah
diterbitkan, tentukan hal berikut ini:
-
Apakah BMS yang dibuat akan dijual dengan harga
tertentu?
-
Ataukah diberikan secara cuma-cuma alias
gratis?
-
Jika dijual, perhatikan dan kembangkan
management pemasaran.
-
Jika digratiskan, jagalah sumber-sumber
pendapatan keuangan agar selalu konsisten.
8.
Suplemen, yakni urutan kerja kru:
a)
Planning (menyusun rencana
penerbitan: rapat redaksi)
b)
Hunting (pengumpulan bahan-bahan
tulisan
c)
Writing (penulisan naskah)
d)
Editing (proses penyuntingan,
koreksi dan adaptasi naskah)
e)
Designing (lay out, artistik)
f)
Printing (penyetakan
buletin/majalah)
Tahap
terakhir inilah yang dikatakan tahap penulisan dan pengeditan. Yakni
mengumpulkan naskah yang akan kita buat dalam majalah sekolah kita. Penulisan
naskah bisa dari wawancara siswa, tulisan kiriman siswa, guru, maupun karyawan
sekolah. Untuk memfokuskan isi, sebaiknya diadakan rapat redaksi terlebih
dahulu. Dan tentukan tema apa yang akan dibuat dalam edisi majalah sekolah
sekarang. Setelah semua naskah masuk ke meja redaksi, seleksi semua naskah yang
telah masuk. Apakah naskah tersebut layak dimuat atau tidak.
Selanjutnya
masuklah pada tahap setting. Yakni mensetting majalah yang akan kita buat.
Untuk persettingan ini dilakukan di tempat percetakan. Setelah semua naskah
telah di setting/di layout hasil layout lalu di print ulang sebelum di cetak.
Tujuanya untuk mencari letak mana yang masih kurang, untuk meminimalisir
kesalahan sebelum di cetak.
Dan
yang paling akhir adalah tahap percetakan. Dalam tahap ini kita bisa memilih
dua pilihan mejalah yang akan kita buat. Yakni untuk pembuatan majalah kita
menggunakan kalkir atau film. Pilihan ini tergantung dari kemampuan pengelola
majalah sekolah, terutama dalam pendanaan. Karena untuk pembuatan majalah
dengan menggunakan kalkir dan film itu berbeda harganya. Dan selanjutnya
majalah sekolah kita di cetak oleh bagian percetakan.