Jumat, 22 Maret 2013

TASAWUF


TAREKAT ..............??????????????????????

Hubungan kyai dan tarekat sangat erat, karena tanpa adanya seorang muqaddam dan penerusnya. Maka kiprah tarekat itu akan punah, dan pengikutnya akan sedikit. Tarekat dalam arti bahasa adalah menuju satu jalan. Sedangkan menurut definisinya, istilah ahli tasawuf adalah metode perjalanan menuju ridallah. Istilah tarekat diambil dari firman Allah swt:
Dan bahwasanya: Jikalau mereka tetap berjalan Lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezki yang banyak)”.(Al-Jin/72: 16).

Tarekat adalah suatu metode atau cara yang harus ditempuh seorang salik (orang yang meniti kehidupan sufistik), dalam rangka membersihkan jiwanya sehingga dapat mendekatkan diri kepada Allah swt. Metode semula dipergunakan oleh seorang sufi besar dan kemudian diikuti oleh murid-muridnya, sebagaimana madzhab-madzhab dalam bidang fiqh dan firqah-firqah dalam bidang kalam. Pada perkembangan berikutnya membentuk suatu jam’iyyah (organisasi) yang disebut dengan tarekat.
Pada awal permulaannya tarekat dengan ajaran-ajarannya dilalui oleh seorang sufi secara individual. Kemudian dalam perjalanan perkembangannya lebih lanjut menjadi kumpulan-kumpulan orang yang mengambil bentuk organisasi-organisasi yang mempunyai corak dan peraturan-peraturan sendiri-sendiri sampai sekarang ini. Namun pada dasarnya pemakaian tarekat dalam sufisme terdapat dua tujuan teknis yang berurutan. Pertama, pada abad ke-9 dan ke-10 M, tarekat adalah sebuah metode psikologi moral untuk bimbingan praktis bagi individu-individu yang mempunyai sebutan mistik. Kedua, sesudah abad ke-11 M, tarekat menjadi sistem keseluruhan dari tatacara latihan spiritual tertentu bagi kehidupan komunal dalam berbagai kelompok keagamaan.
Sedangkan jaringan yang cukup luas, perkembangan tarekat semata-mata bisa diterangkan dari sudut pandang agama semata, fenomena perkembangan tarekat ini muncullah beberapa pendapat bahwa fenomena tarekat yaitu agama, sosial, dan juga politik. Ketiga penyebab inilah yang membuat bermunculannya tarekat karena tarekat sebagai gerakan spiritual yang mengajarkan kepada pengikutnya untuk menempuh berbagai tingkatan psikologis (maqamat) dalam keimanan dan pengamalan ajaran Islam untuk mencapai pengetahuan tentang Tuhan dari satu tingkatan ke tingkatan berikutnya yang lebih tinggi, samapi akhirnya mencapai realitas (hakikat) Tuhan yang tertinggi. Disini tarekat kemudian berfungsi sebagai metode praktis bimbingan kepada murid dengan menggunakan pikiran, perasaan dan tindakan secara bertingkat dan berurutan untuk merasakan hakikat Tuhan.
Kata lain yang sering digunakan adalah sebagai jalan seorang sufi agar berada sedekat mungkin dengan Tuhan. Dan dengan Konsep suluk  artinya perjalanan menuju ridha Allah; yaitu suatu perjalanan tasawuf dari tingkatan maqam dan kondisi hal awal kepada tingkatan maqam serta kondisi hal yang lebih tinggi, selain itu bisa membuat peran pengikut tarekat lebih dekat lagi kepada Allah. Di dalamnya ada amalan-amalan ritualnya bersifat kesufian, dan sangat pribadi. Inilah yang membedakan makna tarekat dengan istilah-istilah yang diberikan oleh para orientalis seperti sufi orders dan prathernity yang kesemuanya menitik beratkan pada suatu aktifitas kolektif. Secara khusus, pengertian tarekat mengacu kepada sistem latihan meditasi maupun amalan (muraqabah, dzikir, wirid, dan sebagainya) yang dihubungkan dengan sederet guru sufi dan organisasi yang tumbuh di seputar metode sufi yang khas.
Di dalam suatu ketarekatan, ada beberapa amalan ritual khusus yang sering dibaca oleh para pengikutnya, diantaranya:
1.    Istighatsah. Istilah istighasah berarti permohonan, atau semakna dengan doa. Tetapi yang dimaksud dengan istighasah biasanya adalah doa bersama yang tidak menggunakan kalimat-kalimat doa secara langsung, melainkan mempergunakan bacaan-bacaan ratib tertentu.
2.    Manaqib. Manaqib sebenarnya merupakan biografi seorang sufi besar atau kekasih Allah (waliyullah) seperti syekh Abd Qadir Jailani atau syekh Bahauddi al-Naqsyabandi yang diyakini oleh para pengikut tarekat memiliki kekuatan spiritual (barakah). Bacaan manaqib seringkali dijadikan sebagai amalan, terutama untuk tujuan terkabulnya hajat-hajat tertentu.
3.    Ratib. Ratib adalah serangkaian amalan yang biasanya harus diwiridkan oleh para pengamalannya. Ratib yang diwiridkan ini berupa kumpulan dan beberapa potongan ayat, atau beberapa surat pendek, yang digabung dengan bacaan-bacaan lain seperti istighfar, tasbih, al-asma’ al-Husna, dan kalimat thayyibah dengan suatu rumusan dan komposisi (jumlah bacaan masing-masing) yang telah ditentukan dalam suatu paket amalan khusus.
4.    Muzik, yaitu dalam membacakan wirid-wirid dan syair-syair tertentu diringi dengan bunyian-bunyian (instrumental) seperti memukul rabana.
5.    Menari, yaitu gerak yang dilakukan mengiringi wirid-wirid dan bacaan-bacaan tertentu untuk menimulkan kekhidmatan.
6.    Bernafas, yaitu mengatur cara bernafas pada waktu melakukan zikir yang tertentu.

Keenam ritual inilah yang membuat pengikut suatu tarekat melebur jiwanya dengan Allah, dan dengan jalan inilah seorang pengikut tarekat lebih dekat lagi dengan Allah, khususnya dengan sufi besar dalam suatu tarekat tertentu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar